Pengaruh resiliensi dan religiusitas terhadap penerima diri istri yang terinveksi HIV/AIDS dari suaminya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh resiliensi dan religiusitas (daily spiritual experience, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious practice, religious spiritual coping, religious support, religious/spiritual history, commitment, dan religious preference) terhadap penerimaan diri istri yang terinfeksi HIV/AIDs dari suaminya. Sampel yang digunakan 100 istri yang terinfeksi HIV/AIDS dari suaminya yang tergabung di Yayasan Tegak Tegar dan Yayasan Pelita Ilmu, yang diambil dengan teknik non-probability sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, serta pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner berbentuk skala model likert. Adapun skala yang digunakan: (1) Skala Resiliensi yang terdiri 48 item untuk mengukur resiliensi dengan mengadaptasi skala yang dikembangkan oleh Al Siebert (2005) yaitu The Resilience Scale, (2) Skala Religiusitas yang terdiri dari 71 item untuk mengukur religiusitas menggunakan alat tes baku yang di adaptasi, yakni Multidimentional Measure of Religiousness, (3) Skala Penerimaan Diri yang terdiri dari 51 item untuk mengukur penerimaan diri dengan mengadaptasi skala yang dikembangkan Berger (dalam Denmark, 1973) yaitu The Berger Self Acceptance. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan multiple regression, terbukti ada pengaruh yang signifikan resiliensi dan religiusitas terhadap penerimaan diri istri yang terinfeksi HIV/AIDS dari suaminya. Sedangkan dari ke-12 IV yang ada, hanya satu IV yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan diri yaitu resiliensi. Saran secara teoritis untuk penelitian yang akan datang adalah agar penelitian tentang penerimaan diri selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel atau faktor-faktor lain sebagai independent variable yang terkait dengan penerimaan diri, seperti kualitas hidup (quality of life), dukungan sosial (social support), kebermaknaan hidup, dan interaksi sosial. Saran praktisnya adalah untuk meningkatkan potensi resiliensi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang berguna seperti seminar, pelatihan, dan penyuluhan, serta untuk peningkatan aspek-aspek religiusitas vii pada istri yang terinfeksi HIV/AIDS dari suaminya dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaa