Harmoni Dalam Perbedaan: Studi Komparasi Konsep Toleransi Beragama Dalam Perspektif Abdul Mukti Ali Dan Paul F. Knitter

angsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik agama, suku, bahasa, etnis, dan budaya. Di satu sisi, kondisi demikian berpotensi menjadi pemersatu, namun di sisi lain berpotensi menimbulkan berbagai macam konflik. Belum lama ini, terjadi konflik di beberapa daerah di Indonesia, yaitu konflik Tolikara di Papua, dan konflik Singkil di Aceh. Bahkan sebelumnya terjadi konflik di Poso, Ambon, dan tempat-tempat lainnya. Berdasarkan hal itu, maka penulis berkeinginan untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam bentuk penelitian karya ilmiah ini dengan mengkaji gagasan pemikiran dari dua tokoh agama, yaitu Abdul Mukti Ali dan Paul F. Knitter. Gagasan kedua tokoh tersebut, di antaranya mengenai Ilmu Perbandingan Agama, konsep agree in dissagreement, pluralisme agama, dan dialog antaragama. Gagasan-gagasan tersebut meembicarakan bagaimana seseorang yang beragama jika memahami Ilmu Perbandingan Agama akan menumbuhkan semangat toleransi yang aktif. Juga dengan konsep agree in dissagreement artinya ?setuju dalam perbedaan?, bahwa kemajemukan bangsa Indonesia menjadi modal sosial untuk bersatu dalam keharmonisan. Konsep ini bisa bertransfromasi menjadi identitas bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan UUD 1945 serta dialog antaragama yang menjadi solusi yang tepat dalam mengembangkan kerukunan antarumat beragama. Selain itu, gagasan Paul Knitter mengenai pluralisme agama, ternyata mampu memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan kerukunan umat beragama di Indonesia. Sebab, dengan gagasan ini, setiap pemeluk agama harus menunjukkan sisi pluralis agar mampu menerima segala perbedaan sebagai rahmat dari Tuhan. Pluralisme agama menurut Knitter ini ialah adanya kesejajaran agama-agama di hadapan Tuhan. Tuhan sebagai Misteri Ilahi dan sebagai sumber tunggal dari berbagai manifestasi agama-agama yang ada di bumi. Tidak hanya itu, gagasan Paul Knitter mengenai dialog antar agama yang pluralistik dan korelasional, juga dialog antaragama yang bertanggung jawab secara global menjadi fondasi dasar bagi terciptanya kerukunan umat beragama di Indonesia. Berdasarkan gagasan-gagasan kedua tokoh tersebut, penulis menemukan adanya relevansi dengan kerukunan umat beragama di Indonesia