Status ahli waris non muslim dalam pembagian waris (analisis komperasi penataan no. 42/P3HP2007PA.JS dengan no.165/Pdt.P/2009/PA.JS)

Status ahli waris non muslim dalam pembagian harta waris telah jelas dalam Hadist Rasulullah saw Dalam hadis rasulullah saw bersabda: �orang Islam tidak mewarisi harta orang kafir dan begitu juga sebaliknya�(H.R Bukhari). Pembagian waris terhadap ahli waris yang berbeda agama (non muslim) karena sebab kekafirannya, menurut Imam Malik, Syafi�i dan Hambali waris tersebut adalah sah, baik diberikan kepada kafir harbi maupun kafir dzimi. Sedangkan Hanafi berpendapat; Tidak sah waris untuk kafir harbi (orang kafir yang memerangi umat Islam), tetapi sah hukumnya untuk ahli dzimi. Menurut Ibn Taimiyyah, orang Islam boleh atau berhak menerima warisan dari kerabat ahli warisnya yang kafir zimmi, tetapi tidak sebaliknya, yakni kafir zimmi tidak boleh mendapatkan harta warisan (tirkah) dari orang Islam. Sedangkan menurut Muadz Ibn Jabal, Muawiyah, Masruq (generasi sahabat) dan Ibnu Musayab (generasi tabi�in) serta kalangan Syiah Imamiyah, ahli waris muslim dapat mewarisi pewaris non muslim. Selain itu, mereka menguatkan pendapatnya dengan kenyataan bahwa Islam telah menghalalkan wanitawanita non muslim (Ahlulkitab) untuk dinikahi orang muslim, sedangkan wanita-wanita muslim tidak halal bagi non muslim, dalam KHI dalam pasal 171 ayat (c) sendiri disebutkan bahwaAhli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris, Tentang beragama Islam bagi ahli waris ini lebih lanjut diatur dalam pasal 172 KHI: Ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari kartu identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau lingkungannya. Dalam Pengadilan Agama prinsipnya, hanya muslim yang boleh mengajukan sengketanya kepada Pengadilan Agama dalam Undang-Undang No.7 1989 tentang personalitas keislaman, akan tetapi di dalam perkembangannya tidak ada larangan secara keras bagi non muslim untuk mengajukan sengketa/pembagian waris ke Pengadilan Agama. Ini karena ia menundukan diri untuk memakai norma hukum yang terdapat di Pengadilan Agama