Komunikasi Antarbudaya Pada Pasangan Nikah Beda Agama Islam Dan Kristen

Pernikahan beda agama adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan dengan latar belakang agama yang berbeda. Pernikahan beda agama telah menjadi fenomena menarik di Indoesia yang merupakan konsekuensi dari multikulturalisme. Sebab multikulturalisme adalah sebuah keniscayaan dari masyarakat Indonesia. Menjalani hubungan sakral dalam pernikahan beda agama di Indonesia memiliki konsekuensi yang lebih besar, mengingat setiap pasangan harus berkomunikasi dengan membawa latar belakang budaya yang berlainan. Berdasarkan konteks di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pasangan nikah beda agama dapat saling beradaptasi terhadap nilainilai yang berbeda dari masing-masing agama. Sehingga, konflik berdasarkan perbedaan agama dapat diminimalisir. Menggunakan tradisi interpretif dengan metodologi etnografi komunikasi yang menghasilkan data mendalam dari setiap kegiatan komunikasi antaragama baik verbal maupun non-verbal. Teori yang digunakan adalah teori adaptasi budaya oleh Guddykunst dan Hammer?s serta diperkuat oleh pemaparan dari Young Yun Kim. Teori ini berasumsi bahwa untuk bisa berkomunikasi secara efektif dan diterima oleh budaya lain, maka seseorang harus bisa beradaptasi. Kemudian teori interaksionisme simbolik dari George Herbert Mead dan dikembangkan juga oleh Herbert Blumer. Teori ini berasumsi bahwa makna merupakan produk interaksi sosial dan makna tentang sesuatu akan membimbing seseorang bertindak terhadap sesuatu tersebut. Serta teori konflik dari Clinton Flink dalam menganalisis pengelolaan konflik pada pasangan nikah beda agama. Dalam menjaga hubungan pernikahan beda agama agar tetap berjalan baik, maka dibutuhkan proses adaptasi yang terus-menerus dari nilai-nilai berbeda yanga akan dihadapi setiap harinya. Sehingga, menjadi sangat penting untuk membentuk sebuah makna bersama atas kedirian pasangan dan makna hubungan. Karena makna yang positif dan kuat akan menjadi motivasi kuat untuk selalu melakukan adaptasi. Meskipun tidak bisa dinafikkan konflik dalam hubungan pasti terjadi, namun dengan motivasi dan adaptasi yang baik, pasangan nikah beda agama akan mampu mengelolanya dengan efektif. Sehingga konflik menjadi fungsional dalam peningkatan kualitas hubungan pernikahan. Adaptasi budaya adalah kunci dari proses panjang menjalani kehidupan pernikahan beda agama. Mengkomunikasikan nilai-nilai yang berbeda dari masing-masing agama, dan mencari aturan dari pemaknaan bersama, akan bisa mengatasi perbedaan dan mengolah konflik dan ketidakcocokan. Dengan kata lain, proses interaksi pembentuk makna untuk bisa beradaptasi satu sama lain dalam perbedaan, merupakan penentu dalam penikahan beda agama