Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makanan biasa pada pasien pasca melahirhan kelas III di rumah sakit umu kabupaten Tangerang tahun 2010

Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (ADI) 2005, sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Sisa makanan dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan di rumah sakit. Menurut standar pelayanan minimal (SPM) yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan RI (2008), sisa makanan harus kurang atau tidak boleh sama dengan 20%. Oleh karena itu, pencatatan sisa makanan sangat diperlukan untuk mengetahui sisa makanan pasien dan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu pelayanan gizi rumah sakit terutama dalam hal penyelenggaraan makanan. Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang merupakan salah satu rumah sakit yang menyajikan makanan bagi pasien rawat inap, termasuk pasien pasca melahirkan. Pembagian kelas perawatannya yaitu kelas I, kelas II, kelas III dan kelas VIP. Penyelenggaraan makanan pasien dibagi menurut bentuk makanan dan jenis penyakit. Berdasarkan data dan hasil pengamatan secara kasar, masih terlihat sisa makanan biasa terutama pada makanan pokok, menu sayur dan menu lauk hewani di ruang perawatan pasien pasca melahirkan. Selain itu, pentingnya perhatian terhadap makanan bagi pasien-pasien pasca melahirkan membuat peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makanan biasa pada pasien pasca melahirkan kelas III di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain study cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan responden yang tidak meninggalkan sisa makanan sebesar 41,5%, sedangkan responden yang meninggalkan sisa makanan sebesar 58,5%. Sebesar 46,5% responden meninggalkan sisa makanan kategori sedikit sedangkan sebesar 12% responden meninggalkan sisa makanan kategori banyak. 65,5% memiliki penilaian penampilan makanan baik, 68,3% memiliki penilaian rasa makanan baik dan 82,4% memiliki penilaian variasi menu baik. 52,1% memiliki kebiasaan makan sama dengan kebiasaan makan di rumah sakit, 64,7% tidak menjalankan pantangan makanan setelah melahirkan, 69% mengalami ketidaktepatan waktu distribusi makanan, 53,6% tidak pernah mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit, 97,9% memiliki penilaian alat makan baik, 100% memiliki penilaian penampilan petugas penyaji makanan baik dan 67,6% responden memiliki hari rawat tidak lama. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktorfaktor yang memiliki hubungan dengan dengan sisa makanan biasa yaitu penampilan makanan dengan nilai pvalue = 0,012; rasa makanan dengan nilai pvalue = 0,004; kebiasaan makan dengan nilai pvalue = 0,000; konsumsi makanan dari luar rumah sakit dengan nilai pvalue = 0,016 dan hari rawat dengan nilai pvalue = 0,004. Dari hasil penelitian yang dilakukan, Instalasi Gizi RSU Kabupaten Tangerang diharapkan bisa mempertahankan citarasa makanan yang disajikan dengan memberikan pelatihan dalam bidang gizi kuliner. Antara ahli gizi dan perawat perlu diadakan kerjasama untuk memotivasi pasien agar menghabiskan makanannya dan menghimbau keluarga pasien agar tidak membawa makanan dari luar rumah sakit saat jam makan berlangsung. Intervensi bagi pasien bisa dilakukan oleh ahli gizi ketika screening dan intervensi untuk keluarga pasien bisa dilakuakn oleh ahli gizi, perawat atau bagian poligizi dengan memberikan penyuluhan singkat. Selain itu, Instalasi Gizi dianjurkan melaksanakan evaluasi sisa makanan tidak hanya pada makan malam, namun juga pada makan pagi dan makan siang. Hal ini dilakukan agar pihak Instalasi Gizi mendapatkan data hasil evaluasi sisa makanan yang lebih akurat