Rehabilitasi mental korban napza melalui komunikasi interpersonal di pesantren Daruttasbih Tangerang

Masalah penyalahgunaan Napza (Narkoba, Psikotropika dan Zat Aditif lainnya) di Indonesia sudah memasuki fase yang sangat menghawatirkan, apalagi jumlah korban yang setiap tahunnya meningkat drastis. Korban Napza adalah seseorang yang menderita akibat penyalahgunaan Napza, yang mengalami ketegantungan baik secara fisik maupun psikis. Seseorang yang memiliki ketergantungan terhadap obat-obat-obatan tersebut bisa dikatakan terganggu kesehatan mentalnya. Sebab itu, dalam upaya penyembuhan, perlu dilakukan pengobatan (terapi), yang mana dewasa ini banyak metode terapi dan rehabilitasi yang dirtawarkan baik yang sifatnya medis maupun nonmedis (pengobatan alternatif). Pelaksanaan berbagai metode terapi di berbagai tempat rehablitasi menunjukan bahwa Indonesia peduli terhadap masalah Napza, dan salah satunya adalah banyak berdirinya Pesantren Rehabilitasi bagi korban Napza. Pesantren sebagaimana fungsinya adalah untuk memperdalam pengetahuan agama Islam, Daruttasbih juga menyediakan fasilitas rehabilitasi mental bagi korban Napza. Ada beberapa rangkaian rehabilitasi korban Napza yang dilaksanakan di Pesantren Daruttasbih yang lebih condong kearah psikoreligi, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Selain dilakukan melalui ruqyah, sholat tasbih, dzkir dan do�a, dilakukan juga dengan metode komunikasi interpersonal antara pasien dengan terapis (Kyai dan ustadz). Adapun penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal memandang rehabilitasimental korban Napza. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan orang selain dirinya. Di Pesantren Daruttasbih, komunikasi interpersonal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk merehabilitasi mental korban Napza yang efektif. Karena dengan komunikasi interpersonal, dapat langsung diketahui keluhan-keluhan dan tingkat keparahan pasien sehingga langsung bisa mendapatkan tanggapan serta penanganan yang sesuai dari sang terapis (Kyai dan ustadz). Jenis Penelitian Ini Adalah kualitatif deskripstif. Pada penelitian ini, penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang tampak dilapangan dan dianalisa serta disajikan dengan satu pandangan yang utuh tentang pelaksanaan komunikasi interpersonal sebagai salah satu proses rangkaian rehabilitasi mental korban Napza. Dari penelitian dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa rehabilitasi mental korban Napza dilakukan dengan beberap metode dan rangkaian yang satu sama lain saling mendukung dan tidak bias berdiri sendiri. Salah satu rangkaiannya adalah dijalankannya komunikasi interpersonal yang meskipun menemui beberapa hambatan, namun bisa tetap berjalan baik dan membantu proses kesembuhan pasien korban Napza