Aborsi Akibat Pemerkosaan Dan Kedaruratan Medis Menurut Hukum Islam (Analilis Pp No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi)

Pengguguran kandungan (aborsi) selalu menjadi perbincangan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi yang menyangkut bidang kedokteran, hukum maupun disiplin ilmu lain. Aborsi merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin memperihatinkan. Istilah diartikan sebagai penggugur kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat adalah suatu tindak pidana, namun dalam hukum positif di Indonesia tindakan sebagian aborsi pada sebagian kasus tertentu terdapat pengecualian. Dalam Al-Qur?an maupun pandangan ulama pun aborsi itu di larang dan haram hukumnya. Dan dalan KUHP aborsi itu di larang sama sekali seperti yang telah dicantumkan dalam pasal 299, 346, dan pasal 349, dimana ditegaskan bahwa aborsi itu dilarang untuk dilakukan dengan alasan apapun tanpa terkecuali. Akan tetapi dalam Peraturan Pemerintah tentang kesehatan reproduksi di situ dikatakan terdapat pengecualian khususnya pada pasal 75 ayat 2 dimana aborsi itu dapat dilakukan bila terdapat indikasi kedaruratan medis dan aborsi karena kehamilan akibat perkosaan