Analisis wacana pada pemberitaan sweeping Front Pembela Islam di Republika Online (Edisi 18 Dan 22 Juli 2013)

Front Pembela Islam (FPI) merupakan Ormas Islam yang sangat kontroversial.Pada tanggal 18 Juli 2013 bertepatan dengan buan suci Ramadhan, FPI Temanggung melakukan aksi sweeping. Namun aksi tersebut berujung pada bentrok antara FPI dengan warga. Aksi itu banyak mendapat kecaman diberbagai media massa. Salah satu media yang mengecam kasus tersebut adalah Republika Online (ROL). Berdasarkan konteks diatas, maka pertanyaan dalm penelitian ini adalah bagaimana wacana yang dikonstruksi oleh Republika Online edisi 18 dan 22 Juli 2013 tentang aksi sweeping Front Pembela Islam? Bagaimana proses produksi teks dan konsumsi teks dari kasus tersebut? Serta bagaimana sociocutural practice yang melatarbelakangi wacana yang dibentuk oleh Republika Online? Rentetan berita merepresentasikan Front Pembela Islam (FPI) sebagai Ormas yang anarkis. Penggambaran itu dapat dilihat pada anak kalimat �kekerasan�. Kecaman itu dilakukan dengan membangun relasi dengan tokoh-tokoh Nasional. Salain itu, Republika Online juga selalu menempatkan pembaca sebagai aktor yang mendukung pendapat media. Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) model Norman Faiclough. Titik perhatian besar dari Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Model analisis wacana ini dibagi ke dalam tiga sktruktur besar, yakni : teks, discourse practice dan sociocultural practice. Dilihat dari produksi teks, Republika Online memberikan wartawan keleluasaan atas pencarian berita, namun setelah masuk pada newsroom redaktur meng-edit kembali sampai kemudian di publis. Dilihat dari konsumsi teks, peneliti mewawancarai salah seorang pengguna facebook (IK) yang ikut mengomentari portal bertita di Republika Online yang berjudul �SBY Minta FPI Hentikan Kekerasan�. Di sini peneliti menemukan bahwa IK sependapat dengan apa yang dilakukan FPI. Teks, merupakan model analisis secara linguistik dengan melihat kosakata semantik dan tata kalimat. Discourse practice merupakan model analisis yang memusatkan perhatian pada bagimana produksi dan konsumsi teks. Sedangkan sociocultural practice merupakan model analisis yang didasari pada asumsi bahwa konteks sosial mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Front Pembela Islam sebaiknya tidak melakukan aksi-aksi kekerasan di dalam setiap aksinya. Mengingat ajaran Islam yang menyerukan dakwah dengan kelembutan dan kasih sayang. Selain itu, masyarakat menganggap aksi kekerasan sudah keluar dari nilai dan norma yang berlaku. Namun pemerintah juga harus menidak tegas tempat-tempat pelacuran yang buka saat ban suci ramadhan. Karena mengganggu aktifitas ibadah umat muslim