Pendidikan kritis-komunikatif : dialog epistemologis paulo frieredan jurgen habermas

Modernisasi merupakan gejala sosial yang tak terhindari oleh sistem sosial manapun jika ingin tetap bertahan hidup dalam arus modern. Negara berkembang harus berusaha menyesuaikan diri. Tetapi, dalam menghadapi modernisasi tidak semua bisa lolos dengan mulus, karena tersedia ruang yang cukup besar bagi terjadinya pemaksaan epistemologis dalam masyarakat jaringan modern. Pemaksaan semacam ini dapat terjadi melalui berbagai macam media, baik dengan media politik maupun ekonomi. Namun, pendidikan ditengarai sebagai media yang paling efektif bagi munculnya pemaksaan tersebut, mengingat pendidikan adalah sebuah proses pembentukan kesadaran masyarakat. Pada saat situasi semacam ini, Paulo Freire dan J�rgen Habermas sebagai analis social, memberikan sebuah tawaran solusi untuk keluar dari praktik intimidasi macam ini. Secara sosial-historis, Paulo Freire maupun J�rgen Habermas mengalami intimidasi epsitemologis yang mengakibatkan berbagai bentuk ketimpangan sosial, seperti kemiskinan dan sikap ketergantungan masyarakat. Implikasinya, teori yang mereka bangun terbentuk atas dasar ini. Sedangkan, arah analisis teori mereka ditujukan untuk membebaskan masyarakat dari penindasan epistemologis sebagaimana yang terjadi dalam dunia modern. Namun, keduanya juga tidak dapat lepas dari situasi di sekelilingnya; di satu sisi positivisasi teori-teori sosial yang melingkupi Habermas berdampak pada lemahnya teorinya sebagai teori emansipatoris masyarakat karena perjuangannya sebatas pada pembelaan dan pelurusan teori-teori sosial yang tereduksi secara positivis. Di sisi yang lain, kondisi kemiskinan dan perampasan hak yang melatarbelakangi Freire berdampak pada subjektifitas dalam teorinya. Setidaknya Ini menjadi kelemahan dalam teori yang mereka bangun. Atas dasar ini pula, penelitian dalam tulisan ini menggunakan pendekatan histories-epistemologis. Pendidikan sebagai media efektif pemaksaan epistemologis juga dapat diandaikan sebagai praktik pembebasan. Model seperti ini disebut Pendidikan Kritis-Komunikatif (Pemaduan Teori Pendidikan Kritis Freire dan Teori Kritis-Komunikatif Habermas). Teori ini berupaya menyelamatkan masyarakat jaringan dari krisis dunia modern dan menjadikan kesadaran kritis sebagai prinsip pembebasan, sekaligus menjadi solusi atas kelemahan teori Habermas dan Freire. Alhasil, pendidikan tidak lagi menjadi media intimidasi epistemik, tapi sebaliknya menjadi media pemerdekaan manusia sebagai mahluk yang berkesadaran