Analisis pendapatan usaha tani bayam dan kangkung dengan teknologi Hidroponik

Sayuran merupakan jenis produk hortikultura yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Peningkatan produksi sayuran diikuti dengan peningkatan konsumsi sayuran penduduk di Indonesia. Konsumsi sayuran per kapita di Indonesia masih rendah dari syarat minimum yang direkomendasi oleh FAO. Dengan demikian masih terbuka sangat lebar peningkatan produksi agar mampu memenuhi tingkat konsumsi sayuran nasional. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi sayuran yaitu bertanam melalui teknologi hidroponik. Hidroponik mempunyai pengertian bertanam tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanamnya. Dapat diartikan juga hidroponik adalah bertanam dengan memberdayakan air. Bertanam hidroponik mempunyai prospek usaha yang baik yaitu mampu mengatasi faktor keterbatasan lahan akibat perkembangan kota-kota besar, pergeseran gaya hidup masyarakat memilih konsumsi hasil pertanian yang lebih sehat dan bebas residu pestisida, harga jualnya relatif lebih tinggi dibandingkan cara biasa, memberikan jaminan terhadap 3k (kualitas, kuantitas dan kontinuitas), produknya diminati masyarakat. Bertanam dengan menggunakan teknologi hidroponik juga dapat memberikan keuntungan yang maksimal karena harga jual produk hidroponik jauh lebih tinggi dibandingkan bertanam dengan cara biasa. Bayam dan kangkung merupakan jenis sayuran yang dapat dikembangkan dengan teknologi hidroponik. Salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang hidroponik sayuran adalah Parung Farm. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui biaya yang dibutuhkan dalam usahatani bayam dan kangkung dengan teknologi hidroponik di Parung Farm, (2) Mengetahui penerimaan usahatani bayam dan kangkung dengan teknologi hidroponik di Parung Farm, (3) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani, B/C Ratio, Break Even Point (BEP) dan Payback Period (PP) usahatani bayam dan kangkung dengan teknologi hidroponik di Parung Farm. Penelitian dilakukan di Parung Farm, Parung-Bogor. Pengambilan data dilakukan selama bulan April 2010. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan merupakan salah satu perusahaan agribisnis sayuran segar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui data pendapatan usaha dilakukan dengan teknik wawancara kepada manager produksi, penanggung jawab kebun, bagian produksi dan bagian pemasaran serta menghitung langsung volume penjualan produksi dalam satu bulan. Parung Farm melakukan teknik penanaman dan panen dengan sistem rolling yaitu satu hari tanam dan satu hari panen di bedengan-bedengan yang sesuai dengan umur tanamnnya. Luasan panen untuk bayam dan kangkung tiap harinya kurang lebih tetap yaitu 43 m2 untuk bayam dan 15 m2 untuk kangkung. Terdapat alat-alat dan tenaga kerja yang digunakan bersama untuk kedua usahatani tersebut (bayam dan kangkung), sehingga biaya-biaya dari komponen tersebut dipersentasekan berdasarkan luasan lahan yang digunakan dan volume penjualan. Total biaya untuk usahatani bayam hidroponik sebesar Rp.32.512.615 dan untuk usahatani kangkung hidroponik sebesar Rp.18.834.527. Harga bayam hidroponik dan kangkung hidroponik pada bulan April 2010 yaitu Rp.8.500/pack. Total produksi bayam siap jual sebesar 997,25 kg, jika dikemas ke dalam plastik kemasan (pack) per 250 gram maka akan menghasilkan 3.989 pack. Penerimaan yang diperoleh dari usahatani bayam hidroponik sebesar Rp. 33.906.500. Total produksi kangkung siap jual yaitu 965 kg atau 3.860 pack. Penerimaan yang diperoleh dari usahatani kangkung hidroponik sebesar Rp.32.810.000. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani bayam hidroponik dalam satu bulan yaitu Rp.1.393.885. Nilai B/C Ratio atas total biaya yang diperoleh usahatani bayam hidroponik Parung Farm adalah 0,04 yang artinya setiap modal yang dikeluarkan sebesar Rp.100 akan dipeoleh pendapatan sebesar Rp.4, dengan demikian usahatani bayam hidroponik Parung Farm secara keseluruhan menguntungkan untuk dijalankan. Break Even Point (BEP) produksi pada usahatani bayam hidroponik adalah 956,25 kilogram atau jika dikemas kedalam plastik kemasan per 250 gram maka diperoleh sebesar 3.825 pack. Break Even Point (BEP) harga bayam hidroponik Parung Farm per pack sebesar Rp.8.151. Usahatani bayam hidroponik Parung Farm akan mengalami payback period (PP) selama 18 bulan 7 hari. Usahatani kangkung hidroponik Parung Farm dalam satu bulan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 13.975.473. Nilai B/C Ratio yang diperoleh usahatani kangkung hidroponik Parung Farm adalah 0,74, maka setiap modal yang dikeluarkan sebesar Rp.100 akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp.74. Break Even Point (BEP) produksi kangkung hidroponik Parung Farm adalah 554 kilogram atau jika dikemas ke dalam plastik kemasan per 250 gram akan diperoleh sebesar 2.216 pack. Break Even Point (BEP) harga kangkung hidroponik Parung Farm per pack sebesar Rp.4.879. Usahatani kangkung hidroponik Parung Farm akan mengalami payback period (PP) selama 1 bulan 9 hari