Konstruksi simbolik gender dalam media online (analisis pemberitaan pernikahan Bupati Garut Aceng Fikri di Republika Online Edisi 3-22 Desember 2012)

Media massa merupakan alat atau sarana sebagai perantara untuk menyampaikan informasi secara serempak kepada khalayak luas. Dari ketiga jenis media massa �cetak, elektonik, dan online-, media massa online memiliki banyak kelebihan dalam menyampaikan informasi kepada khalayak dibandingkan media massa lainnya, salah satunya adalah kecepatan. Media online memiliki kecepatan dalam menyampaikan berita dibandingkan media cetak maupun elektronik. Setiap media memiliki peluang yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa serta dalam mengkonstruksinya. Seperti salah satunya adalah Republika Online, misalnya dalam mengkonstruksi isu sosial mengenai gender dalam kasus pernikahan Bupati Aceng Fikri dengan gadis usia 18 tahun, Republika Online tentunya memiliki bingkai tersendiri untuk mengkontruksi pemberitaan tersebut kepada khalayak. Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana konstruksi simbolik gender mengenai kasus pernikahan Bupati Garut Aceng Fikri dengan gadis 18 tahun dibingkai Republika Online? Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis dengan pendekatan kualitatif deskripstif, dengan metode analisis framing model Robert N. Entman yang memiliki empat konsep, yaitu define problems (Pendefinisian masalah), diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), dan treatment recommendation (Menekankan penyelesaian). Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial. Konstruksi sosial diarahkan untuk menciptakan pengetahuan dan persepsi yang berkembang di masyarakat dalam bentuk kesadaran umum dan wacana publik. Melalui media massa pembentukan konstruksi sosial ini akan lebih cepat dan luas dalam memberikan pengetahuan dan persepsi. (Morissan; 2010: 135). Konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian Tuhan, sedangkan gender adalah seperangkat peran yang dimainkan laki-laki dan perempuan agar tampak dilihat oleh orang lain bahwa seseorang itu adalah feminin atau maskulin. (Fadilah Suralaga; 2013: 54) Republika Online membingkai kasus pernikahan Bupati Aceng Fikri sebagai sebuah diskriminasi terhadap perempuan, yang disebabkan oleh pemerintah yang kurang tegas dalam melindungi hak-hak perempuan, laki-laki yang kurang menghargai perempuan, dan juga perempuan yang kurang berhati-hati dalam mengambil keputusan. Republika Online menghimbau kepada laki-laki untuk memuliakan perempuan, dan juga memberi saran kepada pemerintah agar melindungi hak-hak perempuan, dan juga perempuan harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan agar kejadian seperti ini tidak terjadi kembali