Relasi gender di tempat kerja pada jurnalis perempuan di Harian Umum Republika

Perempuan dan media massa merupakan dua hal. yang selalu menarik untuk dibahas. Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan (gender) dalam media merupakan sebuah konsep yang tak terelakkan mengingat sejarah panjang kaum laki-laki dan kenyataannya. Bias gender juga terjadi di dalam industri media dan profesi jurnalistik. Jurnalis perempuan menghadapi berbagai macam bentuk bias gender dalam perlakuan di tempat kerjanya, termasuk menjadi kelompok minoritas di lingkungannya, kesempatan yang lebih kecil untuk mencapai posisi yang berkuasa di tingkat yang lebih tinggi, pembagian kerja berdasarkan gender, serta sudut pandang menggunakan pola pikir gender oleh sesama pekerja atau atasan mereka. Teori sudut pandang (standpoint theory) diperkenalkan oleh Nancy Hartsock pada tahun 1983. Teori ini memberikan titik awal untuk pemahaman mengenai beberapa dinamika yang dialami oleh kaum perempuan. Teori sudut pandang memberikan kerangka untuk memahami sistem kekuasaan. Kerangka ini dibangun atas dasar pengetahuan yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari orang. Individu-individu adalah konsumen aktif dari realitas mereka sendiri dan bahwa perspektif individu-individu itu sendiri merupakan sumber informasi yang paling penting mengenai pengalaman mereka. Sebab perspektif mereka yang kurang berkuasa akan lebih objektif dari mereka yang berkuasa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang jurnalis perempuan yang sudah bekerja di Republika lebih dari lima tahun. Adapun teknik pengambilan informan dengan menggunakan teknik bola salju. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa pembagian peran yang berkeadilan gender pada jurnalis perempuan terjadi di Harian Umum Republika. Pembagian peran dilakukan dengan kemampuan yang jurnalis itu sendiri miliki, namun tidak bisa dipungkiri gender sangat berpengaruh. Untuk peliputan berita yang bersifat hard news atau bahkan pergi ke daerah konflik, jurnalis perempuan dikesampingkan dan lebih memprioritaskan jurnalis laki-laki. Begitupun dengan jabatan. Bagi jurnalis perempuan sangat sulit untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi terlebih jika sudah memiliki keluarga