Pola komunikasi Dokter terhadap pasien dalam proses penyembuhan di Klinik Yasmin Medika Ciputat

Salah satu aspek yang terdapat dalam setiap kunjlmgan pengobatan pada seluruh institusi medis adalah wawancara pengobatan sebagai salah satu upaya penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien. Wawancara pengobatan meniscayakan adanya sebuah hubungan komunikasi antar pribadi antara dokter dengan pasien, sebagaimana yang terdapat di Klinik Yasmin Medika, Kampung Vtan, Ciputat, dengan dua orang petugasnya, yaitu dr. Arief Dwi Hartadi sebagai petugas medis, dan seorang petugas paramedis. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pola komunikasi yang terbentllk antara dokter dengan pasien dalam proses penyembuhan. Adapun pasien yang dijadikan subjek penelitian ini terbagi menjadi tiga kategori (menggunakan metode proporsif), yaitu: lwtegori I; pasien yang hanya sekali mclakukan kunjungan pengobatan ke klinik Yasmin Mcdika, kategori 2; pasien yang lebih dari sekali melakukan klmjungan pengobatan. tctapi bclum sllmpai scpuluh kuli kunjungan, dan kategori 3; pasien yang tduh melakukan kunjungan pengobatan lebih dari sepuluh kali. Fokus pengkajian pola komunikasi tersebut terbagi dalam tiga aspek pembahasan. yaitu: I) pola pertukaran data (informasi) kultural. sosiologis, dan psikologis, 2) pola cost (beban) and reward (ganjaran positi�) dokter dan pasien. dan 3) pola proses perkembangan hubungan dokter dan pasien. Berdasarkan angket da'l wawancara diketahui ballwa tingkatan analisis dalam prediksi hanya mencapai tingkat analisis kultural yang dilakukan oleh dokter terhadap seluruh pasien, tetapi tidak antara seluruh pasien terhadap dokter. Berdasarkan hal tersebut. tingkatan analisis sosiologis dan psikologis tidak dilakukan oleh kedua belah pihak. Selain itu, didapat data bahwa pasien kategori 1 berpendapat bahwa cost (diagnosa yang tidak tepat dan komunikasi yang kurang baik antara dokter dengan pasien) yang diterima lebih besar daripada reward (ketersediaan waktu kunjungan pengobatan) yang didapatkan. Sebaliknya. pasien kategori 2 dan 3 cenderung berpendapat bahwa reward (diag'losa yarlg tepat dan tanggapan yang secara tuntas dan menyeluruh terhadap bluhan pasien, serta biaya pengobatan yang mura'I) yang didapatkan lebih besar daripada cost (banyaknya jumlah pasien yang berkunjung sehingga mengakibatkan berkurangnya waktu kunjlmgan yang terst:dia bagi pasien) yang diterima. Adapun perkembRngan hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien hanya mc?capai tahapan menuju afcksi, yaitu tahapan kedua dari empat tahapan perKembangan hubungan. yaitu tahap orientasi, tahap menuju afeksi, tahap afeksi, dan tahap stabi!