Tinjauan hukum Islam terhadap perkawinan satu marga dalam masyarakat Batak Angkola Sumatera Utara

Adapun alasan larangan perkawinan satu marga dalam adat masyarakat batak angkola ialah: Pertama, adanya bubungan kekeluargaan yang sangat dekat, secara umum yang termasuk anggota kerabat adalah ayah, ibu, dan anak, kakek, nenek, saudara ayah dan saudara ibu, namun kekerabatan Angkola lebih luas dengan keluarga lain di luar ikatan darab yaitu asal satu marga maka adat batak angkola mengkategorikannya sebagai kerabat. Kedua, karena tutur, jadi untuk memelihara ini ialah salah satunya dengan melarang perkawinan satu marga. Ketiga, menjaga silaturrahmi. Dan Keempat adanya acara martahi dalam adat batak angkola. Adapun sanksi hukum adat terhadap orang yang melakukan perkawinan satu marga dalam masyarakat batak angkola ialah, pertama, disirang mangolu, (diceraikan oleh tokoh adat dan hatobangon, sanksi ini berlaku terhadap orang yang menikah sesama satu marga dan garis keturunannya masih dekat, kedua, diasingkan atau diusir dari desa atau kampung laki-laki, ketiga, mangan horbo sa huta, ialah sanksi berupa penyembelihan seekor kerbau, dan dagingnya diberikan kepada penduduk kampung dan hatobangon, Adapun sanksi hukum adat terhadap orang yang melakukan perkawinan satu marga dalam masyarakat batak angkola ialah, pertama, disirang mangolu, (diceraikan oleh tokoh adat dan hatobangon, sanksi ini berlaku terhadap orang yang menikah sesama satu marga dan garis keturunannya masih dekat, kedua, diasingkan atau diusir dari desa atau kampung laki-laki, ketiga, mangan horbo sa huta, ialah sanksi berupa penyembelihan seekor kerbau, dan dagingnya diberikan kepada penduduk kampung dan hatobangon, Adapun sanksi hukum adat terhadap orang yang melakukan perkawinan satu marga dalam masyarakat batak angkola ialah, pertama, disirang mangolu, (diceraikan oleh tokoh adat dan hatobangon, sanksi ini berlaku terhadap orang yang menikah sesama satu marga dan garis keturunannya masih dekat, kedua, diasingkan atau diusir dari desa atau kampung laki-laki, ketiga, mangan horbo sa huta, ialah sanksi berupa penyembelihan seekor kerbau, dan dagingnya diberikan kepada penduduk kampung dan hatobangon, harajaon, dan pada saat itu juga salah satu di antara pasnngun yang kawin harus mengganti marganya. Perkawinan satu marga ditinjau dari hukum pernikahan dalam Islam, maka satu segi sesuai dengan ajaran Islam, namun segi yang lain ada perbedaan dengan agama, kesesuaian pelarangan perkawinan satu marga dengan hukum islam ialah dikarenakan sebahagian teman semarga merupakan mahram dalam hukum Islam dan dikarenakan hubungan kekerabatan. Adapun perbedaannya ialah pemberian sanksi terhadap orang yang melakukan perkawinan sesama satu marga sementara titik temu sistem kekerabatan di antara keduanya tidak ditemukan