Hegemoni media Islam dalam wacana separatisme Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Berita Qanun Bendera dan Lambang Aceh dalam Surat Kabar Republika

Media massa berperan menyampaikan informasi kepada publik, tetapi setiap media massa memiliki ideologi berbeda sehingga berbeda pula cara menyampaikan pesan dalam berita. Ruang media massa pun menjadi alat bagi kelompok dalam menyampaikan ide kelompok kepada publik sehingga menjadi sebuah ide yang hegemonik. Berkaitan dengan hal tersebut, berita mengenai Qanun tentang Bendera dan Lambang Aceh yang menyerupai bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di surat kabar Republika mendapat sorotan berkelanjutan, kebijakan ini dianggap bertentangan dengan PP No. 77/2007. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh bersikeras bahwa ini sesuai dengan UU No.11/2006 dan Memorandum Of Understanding (MoU) Helsinki. Surat kabar Republika yang biasanya mendukung kebijakan Syariat Islam di Aceh, kali ini berseberangan dengan Pemprov Aceh karena menilai terkandung potensi konflik yang ditimbulkan akibat isu separatisme di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana surat kabar Republika mewacanakan dan merelasikan bahasa, ideologi pada berita Qanun Bendera dan Lambang Aceh dilihat dari level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial? Bagaimana surat kabar Republika melakukan Hegemoni Media melalui pemberitaan Qanun tentang Bendera dan Lambang Aceh? Penelitian ini menggunakan paradigma Kritis yang berpandangan segala objektivitas harus dipertanyakan, karena hal tersebut dapat merupakan ide dari kelompok dominan, dan menggunakan Pendekatan Kualititaf yang bertujuan mengeksplorasi permasalahan sosial dan kemanusiaan. Metode yang digunakan yaitu dengan Analisis Wacana Kritis atau Critical Discourse Analysis (CDA) yang bertujuan untuk membongkar kuasa dan ideologi dibalik sebuah teks. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana Kritis atau CDA Model Teun Van Djik dengan konsep tiga level penelitian: Teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial. Model ini bertujuan membongkar aspek yang melatari lahirnya sebuah berita, seperti ideologi dan kekuasaan. Penelitian ini pula menggunakan Teori Hegemoni Media Antonio Gramsci yang melihat bahwa ruang dalam media massa telah menyebarkan ide suatu kelompok kepada masyarakat luas sehingga ide yang disampaikan secara terus menerus dapat diterima oleh masyarakat dan menjadi kesadaran semu. Pada berita mengenai qanun bendera Aceh, surat kabar Republika mengemas teks dengan kata yang membentuk pandangan bahwa qanun bendera ini mengandung separatisme dan narasumber yang berpihak pada pemerintah pusat lebih banyak dikutip. Dari hasil wawancara dengan wartawan Republika mengatakan bahwa pada qanun bendera berpotensi lahir konflik baru. Ditambah dengan konteks sosial, masyarakat masih trauma terhadap konflik di Aceh dan masih menganggap GAM sebagai gerakan separatis. Hal ini tentu berdampak pada bagaimana masyarakat menerima pesan dalam berita. Dalam konteks Hegemoni Media, surat kabar Republika yang berideologi Islam mendukung dijalankannya Syariat Islam di Aceh. Namun, cenderung tidak menyetujui adanya bendera yang serupa dengan GAM. Padahal kedua hal tersebut tidak sejalan dengan Ideologi NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 194