Konflik Antar Organisasi Masyarakat: Studi Kasus Pemuda Pancasila dengan Forum Betawi Rempung di Wilayah Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Organisasi masyarakat yang terdapat di Ciputat Timur diantaranya Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug. Kedua ormas ini sering terlibat konflik hingaa saat ini. Konflik yang terpendam dan jika tidak segera di selsaikan, maka akan berakibat terjadinya konflik sosial yang lebih luas. Konflik ini yang membuat penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apa penyebab, bentuk dan dampak yang diakibatkan oleh konflik kedua ormas tersebut. Teori yang digunakan adalah teori Lewis Coser, yaitu tentang konflik realistis dan non realistis. Kemudian teori dari Otomar J. Bartos dan Paul Wehr tentang tindakan koersif (coercive action). Penelitian ini mengunakan pendekatan studi kasus dengan metode kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Pendekatan studi kasus digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor terjadinya konflik, bentuk, dan dampak konflik bagi masing-masing ormas. Sedangkan, metode kualitatif untuk menghasilkan data berupa kata-kata dan perilaku dari informan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, serta studi kepustakaan. Wawancara dilakukan dengan informan sebanyak 8 orang, terdiri dari 5 orang pengurus Pemuda Pancasila dan 3 orang pengurus Forum Betawi Rempug. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi faktor penyebab konflik antara ormas Pemuda Pancasila dengan Forum Betawi Rempug sebagai berikut Pertama, ekonomi termasuk kedalam konflik realistis yang bersumber pada perebutan lahan parkir, pasar malam, pengamanan aset yang didalamnya berupa tanah kosong, dan pembagunan perumahan. Kedua, ego kelompok termasuk kedalam jenis konflik non realistis, karena kelompok yang satu menganggap paling benar di bandingkan dengan kelompok lainnya, atau merasa kelompoknyalah yang paling berhak berkuasa di wilayah Ciputat Timur dibanding kelompok lainnya. Terbukti terjadi pengrusakan dan pencabutan atribut atau simbol dan aset ormas yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Adapun bentuk-bentuk konflik yang terjadi digolongkan menjadi dua bentuk yaitu koersi nyata dan koersi ancaman. Sedangkan dampak konflik bagi masing-masing ormas dibagi menjadi dua positif dan negatif. Dampak positif yaitu bertambahnya solidaritas interen (in group) suatu kelompok, meningkatkan kepatuhan anggota pada kelompok, dan penguatan terhadap sistem nilai, dilihat dari struktur organisasi. Dampak negatif yaitu keretakkan hubungan antarkelompok, menimbulkan dampak perubahan kepribadian pada individu timbulnya rasa dendam, benci, dan saling curiga, serta hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia