ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA TN. IDENGAN HARGA DIRI RENDAH PADA SKIZOFRENIADI BANGSAL ABIYASA RSJ PROF. dr.SOEROJO MAGELANG

Seiring berkembangnya waktu, perkembangan teknologi dan pendidikan semakin maju.Dalam perkembangannya manusia terus berusaha memajukan ilmu pengetahuan yang terus berkembang dalam segala bidang.Manusia berlomba-lomba untuk mengikuti perkembangan jaman tersebut.Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Mekanisme koping yang positif akan membawa kedalam kondisi sehat jiwa.Kesehatan jiwa bisa dikatakan sebagai suatu kondisi sehat baik emosional, psikologis, dan juga sosial yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yang memuaskan antara individu dengan individu lainnya, memiliki koping yang efektif, konsep diri positif dan emosi yang stabil (Videbeck, 2015). Peningkatan tuntutan kebutuhan hidup akan memberikan tekanan bagi manusia yang akan menjadi faktor peningkatan masalah kesehatan fisik maupun mental. Tidak sedikit dari mereka yang sampai pada akhirnya mengalami frustasi bahkan mengalami gangguan jiwa.Gangguan jiwa adalah respon maladaptif terhadap stresor dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya setempat, dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2012). Gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak2dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku, yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2015).World Health Organization (WHO) (2013) memperkirakan sekitar 24 juta orang di seluruh dunia mengidap skizofrenia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1000 penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Prevalensi gangguan jiwa berat di Jawa Tengah mencapai 2,3 per mil. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada tanggal 14 November 2016, pada bulan Januari hingga Oktober 2016 jumlah pasien dengan skizofrenia sebanyak 1061 pasien, di bangsal Abiyasa jumlah pasien skizofrenia pada bulan oktober sebanyak 25 pasien, dengan masalah keperawatan harga diri rendah sebanyak 2 pasien.Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata diantaranya waham, halusinasi, kekacauan alam pikir, bicara dan perilaku yang tidak teratur, sedangkan gejala negatif atau gejala samar seperti berada dalam perasaan tidak mampu, mengkritik diri sendiri, mempunyai pandangan hidup yang pesimis, dan menolak terhadap kemampuan diri, dari tanda-tanda negatif tersebut akan menyebabkan harga diri renda (Hawari, 2012). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak3berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah (Keliat & Akemat, 2014 ).Suerni, Keliat & Helena (2013) menyatakan bahwa faktor predisposisi harga diri rendah yang terbanyak adalah dari asuhan keperawatan psikologis yaitu secara keseluruhan mempunyai riwayat kegagalan/kehilangan dan mempunyai kepribadian introvert.Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak dapat percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, tidak mampu merumuskan dan mengungkapakan keinginan dan merasa tertekan.Tindakan pada pasien harga diri rendah yaitu dengan tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis. Menurut Keliat & Akemat tindakan keperawatan generalis yaitu dengan menggali aspek kemampuan positif yang dimiliki pasien yang dilakukan oleh perawat pada semua jenjang pendidikan(Suerni, Keliat, & Helena, 2013)