ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE PADA Tn. A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARAKOTA MAGELANG

Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan kematian nomor tiga di dunia (Dewanto, 2009). Menurut data WHO 2012 diperkirakan setiap tahunnya terdapat 16 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit tersebut. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 7 juta dan yang lainnya sekitar 9 juta orang menderita kecacatan permanen. Menurut Jones S, Jenkinson A, dkk (dalam Journal Oxford, 2009), banyak faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan dalam mencari pengobatan untuk stroke, tetapi faktor utama diyakini kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan kebutuhan untuk respon cepat. Tingkat pendidikan yang lebih rendah secara konsisten menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah tentang stroke. Klien yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, setidaknya mengetahui gejala atau faktor risiko atau untuk memberikan penjelasan yang benar tentang proses fisiologis dari penyakut tersebut.Di Indonesia, setiap tahun diperiksa 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% diantaranya meninggal dunia. Sementara sisanya mengalami cacat ringan maupun berat (Adib, 2009). Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang rendah berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang dapat mendorong timbulnya penyakit dan masalah kesehatan yang lainnya. Angka kejadian penderita di Indonesia meningkatdengan tajam. Bahkan saat ini, merupakan negara dengan jumlah penderita terbesar di Asia. (Ekowatiningsih D & Arifuddin, 2014)Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah, baik yang didiagnosis tenaga kesehatan (16,5%) dan diagnosa gejala (32,8%). Di kota lebih tinggi dari di desa, menurut diagnosis tenaga kesehatan (8,2%) dan diagnosis gejala (12,7%). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja didiagnosis tenaga kesehatan (11,4%) dan diagnosis gejala (18%). Prevalensi berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada kuantil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing masing 13,1 dan 12,6 per mil. (Riskesdas, 2013)Prevalensi stroke di Kota Magelang pada periode 1 Januari - 30 September 2015 dengan jenis penyakit stroke non-haemorragie berdasarkan usia; umur 15-44 tahun sejumlah 5 orang, umur 45-65 tahun 75 orang, umur >65 tahun 34 orang. (Dinas Kesehatan Kota Magelang, 2015)Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang, untuk penderita stroke pada periode 1 Januari - 30 September 2015 menunjukkan bahwa penderita stroke sebanyak 16 kasus, dengan jumlah tertinggi pada bulan Januari sebanyak 7 kasus. (Puskesmas Magelang Utara, 2015)Berdasarkan data dan masalah yang muncul, dapat disimpulkan bahwa angka kejadian stroke masih tinggi, karena tingkat pengetahuan masyarakat masih rendah. Maka dari itu sebagai tenaga medis perlu melakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan melaluipromosi kesehatan mengenai stroke dan tata pelaksanaannya baik secara farmakologi dan non farmakologi. Sehubungan dengan itu, peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga haruslah melibatkan keluarga. Upaya dalam mengatasi masalah kesehatan lebih ditekankan pada kegiatan yang bersifat promotif seperti mengubah pola pikir keluarga dan masyarakat