ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA DENGAN MASALAHKEPERAWATAN HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA TN.X DI BANGSAL P1RSJ PROF. DR.SOEROYO MAGELANG

Kehidupan yang manusia hadapi dari waktu ke waktu tampaknya makin lama makin memiliki persoalan yang kompleks, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadinya, keluarganya, pekerjaan dan masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah itu telah mengarahkan sebagian dari manusia mengalami konflik-konflik dan hambatan dalam memenuhi apa yang kita harapkan (Latipun, 2001). Jika individu tidak mampu melakukan koping dengan adaptif, maka individu berisiko mengalami gangguan jiwa ringan dan berat (Yosep, 2011).Skizofrenia merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang sering dialami manusia. Dapat diartikan skizofrenia sebagai gangguan fungsi dari otak sehingga menyebabkan perilaku maladaptif,yang memiliki gejala positif dan negatif yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial (Yosep,2010) dan salah satu dari gejala positif dari skizofrenia sendiri yang sering muncul salah satunya adalah halusinasi. Halusinasi merupakan masalah keperawatan yang didefinisikan sebagai kesalahan persepsi sensori yang berasal dari pancaindera (pendengar, penglihatan, peraba, pengecap dan penghidu)(Stuart & Laraia, 2001)2Menurut Kaplan dan Sadock (2010) prevalensi masalah skizofrenia sekitar 1% yang artinya sekitar 1 dari 100 individu mengalami skizofrenia selama masa hidupnya. Berdasarkan Riskerdas tahun 2013, kejadian skizofrenia di Indonesia sebesar 0,17% (lebih dari 400.000 penduduk). Menurut studi pendahuluan pada bulan November tanggal 9 November 2015 data yang di dapat dari bangsal Puntadewa menyatakan bahwa penderita gangguan jiwa di bangsal Puntadewa dari bulan Januari-Oktober pada tahun 2015 mencapai 200 pasien, dan pada bulan Oktober saja sebanyak 29 orang, terdiri dari 20 halusinasi pendengaran dan 9 halusinasi auditory visual (pendengaran dan penglihatan).Berdasarkan studi pendahuluan penulis di RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang pada tanggal 9 bulan November 2015 di bangsal Puntadewa penulis melihat kesenjangan yang terjadi pada asuhan keperawatan pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Menurut perawat untuk mengatasi masalah halusinasi di bangsal, sesuai dengan intervensi perawat mengajarkan teknik menghardik halusinasi untuk mengatasi atau mengurangi intensitas halusinasi karena dirasa merupakan cara yang mudah diterima dan mudah dipraktekan oleh pasien. Namun, pada beberapa kasus cara ini kurang berhasil dalam menangani halusinasi Ini dikarenakan distraksi yang diajarkan oleh perawat kurang melihat tahap halusinasi yang dialami intensitas dan waktu munculnya halusinasi serta kurang melihat kemampuan lain yang dapat dilakukan pasien. Pada beberapa pasien yang sudah mempraktekan cara menghardik hal ini dirasa kurang efektif untuk3mengurangi halusinasi yang dialami. Beberapa pasien mengatakan masih sering mendengar dan melihat halusinasi meski sudah diajarkan cara untuk mengurangi halusinasi dengan menghardik dan mempraktekannya.Dampaknya bagi pasien yaitu masih kesulitan untuk mengurangi intensitas atau frekuensi dari halusinasi. Pasien tetap akan kesulitan membedakan antara halusinasi dan realita. Fase halusinasi juga akan berkembang dalam fase lebih lanjut. Tidak jarang ditemukan perilaku ditemukan dengan tindak kekerasan karena halusinasi dan waktu perawatan yang semakin lama.Menurut Yosep (2010) intervensi yang dapat dilakukan tidak hanya menghardik apabila memang belum mampu mengurangi intensitas munculnya halusinasi, pasien juga dapat diajarkan cara distraksi lain sesuai dengan fase yang dialami, waktu munculnya halusinasi serta melihat kemampuan yang dimiliki pasien. Contoh yang dapat dilakukan selain menghardik yaitu berbincang dengan orang lain atau perawat, ini dilakukan secara kondisional sesuai dengan waktu munculnya halusinasi. Melakukan aktivitas yang terjadwal untuk mengurangi waktu senggang, dan melatih pasien untuk mampu bercerita kepada perawat atau teman ketika halusinasi datang sebagai tekhnik untuk mengalihkan perhatian terhadap halusinasi yang datang. Apabila cara untuk mengontrol halusinasi tersebut dapat dilakukan secara terus menerus dan sesuai dengan waktu munculnya halusinasi maka tingkat halusinasi akan lebih cepat berkurang dan pasien dapat memutus halusinas dengan efektif