ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. L DENGAN PNEUMONIADI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHMUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

Infeksi Saluran pernafasan menjadi masalah kesehatan utama pada anak di negara maju dan negara berkembang. Termasuk pneumonia yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak usia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di dunia lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. (Rahajoe, dkk. 2010).Anak yang menderita pneumonia memerlukan pengkajian pernafasan yang menyeluruh dan pemberian oksigen serta antibiotik. Tanda-tanda vital dan bunyi nafas harus selalu di pantau untuk mengkaji perkembangan penyakit serta untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal komplikasi. Penderita yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret, terutama bayi, akan memerlukan pengisapan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. (Wong, 2009).Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna. (Ngastiyah, 2005).Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi setiap tahunnya menyerang 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah adakemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap menjadikan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. (Price & Wilson, 2006).Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Lebih kurang 2 juta anak dari seperlima kematian anak di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat pneumonia, hal ini berdasarkan standar kesehatan nasional (SKN) 2001 sebesar 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.Berdasarkan karakteristiknya, kelompok umur penduduk pneumonia yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (balita). Prevalensi pneumonia pada balita di Indonesia adalah 18,5% per 1000 penduduk, dan balita pneumonia yang berobat hanya 1,6% per 1000 penduduk. Periode prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%) per 1000 penduduk. (Riskesdas 2013).Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia, (2013) jumlah kasus pneumonia di provinsi jawa tengah pada balita sekitar 73.165 balita yaitu sebesar 25,85%, meningkat di banding tahun 2012 yaitu sebesar 24,74%. Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Penilaian Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 100%. Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai presentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten Kebumen (86,42%), sementara Kabupaten dengan presentase cakupan terendah adalah Kabupaten Sragen (1,49%). (Dinkes Jateng, 2013).Presentase kejadian penyakit pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang pada tahun 2013 dengan adanyaprevalensi pasien dengan pneumonia pada tahun 2013 yaitu pada tribulan I terdapat 4 anak di poliklinik anak dan 69 anak di rawat di bangsal anak. Pada tribulan II terdapat 55 anak yang mengalami pneumonia yang dirawat di bangsal anak. Pada tribulan III terdapat 8 anak yang di rawat di bangsal anak. Pada tahun 2014 untuk tibulan I terdapat 12 anak yang di rawat di bangsal anak. Pada tribulan II mengalami kenaikan yaitu terdapat 26 anak yang di rawat di bangsal anak dan 6 anak yang datang ke poliklinik anak dengan pneumonia. Pada tibulan III, 14 anak di rawat di bangsal anak dan 6 anak datang ke poliklinik anak. Dari hasil data diatas pada tahun 2013 anak yang berobat di poliklinik sebanyak 4 anak yaitu sebesar 3%, sedangkan yang di rawat di bangsal anak sebanyak 132 anak yaitu sebesar 97%, pada tahun 2014 anak yang berobat di poliklinik sebanyak 12 anak yaitu sebesar 19% dan yang di rawat di bangsal anak sebanyak 52 anak yaitu sebesar 81%