Peran Energi Nuklir dalam Pemenuhan Kebutuhan Energi Indonesia pada Masa Depan

Secara bertahap penggunaan sumber daya energi konvensional yang meliputi batubara, minyak dan gas bumi harus semakin dikurangi karena cadangan sumber daya energi konvensional makin terbatas. Di samping itu penggunan sumber daya energi konvensional menimbulkan masalah lingkungan berupa efek pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan. Sebagai solusinya, pemanfaatan sumber daya energi alternatif yang merupakan sumber daya energi nuklir dan terbarukan harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperlukan peningkatan industrialisasi Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah melarang ekspor hasil-hasil tambang dan kekayaan alam lainnya dalam keadaan mentah (raw material). Hasil tambang dan hasil kekayaan alam tersebut harus diolah sehingga nilai tambahnya meningkat. Untuk meningkatkan industrialisasi, terutama berkaitan dengan pengolahan bahan-bahan mentah hasil pertambangan serta kekayaan alam menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang meningkat, diperlukan pasokan energi yang bersifat kontinyu dan masif. Dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2025 – 2025 [ ], diprediksikan bahwa bahwa kebutuhan energi primer di Indonesia pada tahun 2025 meningkat hingga hampir 3 kali dibandingkan dengan kebutuhan energi pada tahun 2025. Berkaitan dengan energi listrik, kapasitas daya listrik terpasang total di Indonesia pada tahun 2005 adalah 22,5 GWe [ ], sedangkan pada tahun 2012 adalah 35 GWe. Dalam pembangkitan listrik ini, penggunaan bahan bakar fosil cukup besar (batubara 31 %, minyak/gas 53 %, hidro 14,3 %, geotermal 1,7 %)[ ]. Berdasarkan estimasi dari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2025 – 2025, ditambah dengan pengalihan penggunaan energi dalam bahan bakar ke dalam bentuk listrik, maka kebutuhan pembangkitan listrik di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 100 GWe