STRATEGI PEMBELAJARAN KARAWITAN PADA KELAS SENI DI SMP NEGERI 4 MALANG

ABSTRAK STRATEGI PEMBELAJARAN KARAWITAN PADA KELAS SENI DI SMP NEGERI 4 MALANG Octavian Gasita E-mail: okta.um@gmail.com E.W. Suprihatin Dyah P. Tri Wahyuningtyas Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ABSTRAK: SMP Negeri 4 Malang merupakan salah satu pendidikan formal yang memiliki kelas khusus seni dan menjadikan karawitan sebagai pembelajaran intrakurikuler. Guru karawitan di SMP Negeri 4 Malang bukan berasal dari dunia kependidikan, namun dapat menciptakan berbagai prestasi melalui bidang karawitan. Kenyataan lain menyebutkan, bahwa sebagian besar siswa yang sering mengikuti berbagai perlombaan merupakan siswa kelas VII, yang baru saja masuk dan mendapatkan pembelajaran intrakurikuler karawitan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.Pengumpulan data penelitian diperoleh dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi berupa foto dan video. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis data Milles dan Huberman.Hasil penelitian ini adalah, guru karawitan kelas seni tidak membuat RPP seperti guru pada umumnya, dikarenakan guru tidak berasal dari kependidikan, sehingga sekolah memberikan kebebasan untuk mengembangkan materi dalam proses pembelajarannya sendiri. Penyampaian materi karawitan dengan menggunakan metode ceramah, drill, dan demonstrasi.Pada pengelolaan pembelajaran, guru mengarah pada pengelolaan ruang dan pengelolaan siswa. Kata kunci : strategi pembelajaran, karawitan, kelas seni, SMP Negeri 4 Malang Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia yang dilaksanakan di berbagai jenjang pendidikan.Salah satunya adalah jenjang pendidikan formal dengan strategi pembelajaran tertentu.Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan. Hal ini berarti, proses pendidikan yang dilakukan saat ini bukan semata-mata berlaku untuk hari ini saja, melainkan berguna untuk masa depan. Terlepas dari seluruh mata pelajaran umum yang dipelajari oleh siswa, kebudayaan menjadi salah satu pelajaran pokok yang selalu ada salam setiap level pendidikan, salah satunya adalah SMP. Hal tersebut dikarenakan siswa harus mengenal identitas negaranya sendiri, terutama pada seni tradisional. Terdapat banyak cabang seni tradisional yang dapat diperkenalkan kepada siswa. Salah satu kesenian tradisional yang diajarkan pada siswa adalah seni karawitan yang didalamnya terkandung aspek etika dan estetika yang selanjutnya akan melahirkan kehalusan rasa, kearifan, keluhuran budi, kreativitas, kecerdasan, kebersamaan, kegotongroyongan, budi pekerti, dan sikap laku utama (Darsono, 2004:149). Salah satu upaya untuk meningkatkan daya tarik siswa terhadap pembelajaran seni tradisi, seperti halnya musik karawitan, dilakukan dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Maka dari itu, guru dapat memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan.Menurut Sanjaya (2011:126) strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. SMP Negeri 4 Malang adalah salah satu sekolah yang memiliki kelaskhusus bagi siswa yang memiliki bakat dan minat tinggi terhadapkesenian, yaitu kelas seni. Kelas seni merupakan kelas khusus yang dibentuk SMP Negeri 4 Malang di bawah pengelola PPSTSMP Negeri 4 Malang, yang memiliki 4 konsentrasi, yaitu seni tari, seni musik kontemporer dan karawitan, serta seni drama atau teater. Dalam proses pembelajaran, kelas seni tidak mempunyai kurikulum khusus yang secara spesifik digunakan sebagai acuan pembelajaran, dikarenakan pemberian materi kepada siswa hanya berdasarkan kepada kebutuhan kelas seni. Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran kelas seni dikelola secara langsung oleh guru yang bersangkutan tanpa mengacu pada kurikulum tertentu. Hal lain yang menyangkut pengajaran materi, seperti strategi, alokasi waktu, dan urutan kegiatan pada setiap siklus pengajaran menyesuaikan kebutuhan kelas seni SMP Negeri 4 Malang. Kenyataan lain menyebutkan, bahwa siswa yang sering mengikuti lomba atau festival kesenian adalah siswa kelas VII, yang baru saja masuk dan mendapatkan pembelajaran intrakurikuler karawitan. sedangkan, guru karawitan merupakan guru yang berlatar belakang non kependidikan, tetapi mampu menerapkan metode-metode yang dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Maka, dapat disimpulkan bahwa keterampilan khusus dan strategi yang digunakan sangat berpengaruh dalam menggali keterampilan siswa, mulai dari perencanaan pembelajaran, penyampaian pembelajaran, hingga pengelolaan pembelajaran. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dikarenakan peneliti ingin memaparkan data hasil penelitian berupa data wawancara, observasi, dan dokumentasi.Peneliti merupakan instrument yang menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana, pengumpul data, melakukan analisis, menafsirkan data, sekaligus sebagai pelapor penelitian (Moleong, 2003:34).Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Malang, tepatnya kelas seni yaitu kelas VII-H dan VII-I yang beralamat di Jl. Veteran No.37 Kecamatan Lowokwaru, Kelurahan Sumbersari, Kota Malang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah mengenai informasi tentang strategi pembelajaran karawitan pada kelas seni di SMP Negeri 4 Malang, yang di dalamnya terbagi menjadi beberapa komponen, yaitu 1) pengorganisasian pembelajaran, 2) penyampaian pembelajaran, dan 3) pengelolaan pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah Licin selaku koordinator kelas seni, Buari selaku guru karawitan, Noerman selaku guru musik kontemporer, Heni selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan Ida selaku guru tari, didukung dengan dokumentasi berupa foto-foto dan video kegiatan kelas seni ketika mengikuti Apresiasi Seni Pelajar. Analisis data terbagi menjadi beberapa tahapan menurut Miles and Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Untuk memperoleh keabsahan data, agar data yang diperoleh valid , peneliti menggunakan cara trianggulasi yaitu teknik pengecekan yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh. Dalam hal ini trianggulasi yang digunakan ada dua, yaitu trianggulasi teknik dan triangulasi metode. Peneliti melakukan triangulasi teknik sebagai berikut, peneliti melakukan wawancara dengan Buari selaku guru karawitanmengenai pengorganisasian pembelajaran, penyampaian pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran.Data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil observasi.Selanjutnya, untuk lebih memperjelas data, hasil wawancara yang sudah dibandingkan dengan observasi kemudian dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto dan video.Sedangkan pada triangulasi sumber, peneliti melakukan wawancara dalam waktu yang berbeda.Hasil wawancara antara narasumber satu dengan narasumber lainnya dibandingkan sehingga didapatkan kesimpulan. Peneliti melakukan wawancara dengan Buari mengenai pengorganisasian pembelajaran karawitan, selanjutnya melakukan wawancara yang sama dengan Noerman mengenai pengorganisasian pembelajaran karawitan. Jawaban kedua narasumber tersebut diolah, kemudian dibuat kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengorganisasian Pembelajaran Karawitan Pada Kelas Seni di SMP Negeri 4 Malang Pengorganisasian pembelajaran menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Maka dari itu, sebuah pembelajaran akan menjadi lebih signifikan dan terstruktur dengan baik saat memiliki pengorganisasian yang baik pula. SMP Negeri 4 Malang memiliki struktur pengorganisasian pembelajaran yang cukup baik dengan segala pengaturan pada detail perangkatnya. Namun, hal yang perlu disoroti pada pengorganisasian kelas seni di SMP Negeri 4 adalah tentang bagaimana pembelajaran tidak dimulai dengan sebuah rencana pembelajaran yang spesifik.Walaupun menurut Uno (2011:45) dalam pengorganisasian pembelajaran terdapat perencanaan sebagai awal dari pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak adanya acuan pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tidak membuat kelas seni berjalan tertatih dalam melaksanakan kegiatannya. Guru dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan tujuan pokok kelas seni itu sendiri yaitu, menciptakan generasi dengan kemampuan berkesenian, khususnya karawitan. Secara garis besar, pada kelas seni SMP Negeri 4 Malang, pengorganisasian pembelajaran dibagi secara arti luas dan sempit.Secara luas, pengorganisasian mengacu pada konsep pembelajaran yang dijunjung.Konsep pembelajaran yang dimaksud mengacu pada tujuan dasar kelas seni untuk membina dan mengembangkan kekayaan seni budaya daerah setempat sebagai penyangga kebudayaan nasional serta mengembangkan daya cipta dan kreatifitas siswa, khususnya dalam bidang seni tradisi dengan memberikan wadah pembinaan dan apresisiasi pada siswa dalam berolah seni. Maka dari itu, konsep pembelajaran dikemas dengan cara yang lebih mudah yaitu memfokuskan kegiatan pada praktek yang memberikan wawasan langsung kepada siswa bahwa bermain gamelan tidak selalu menjadi hal yang hanya dilakukan oleh orang tua dan akan sangat menyenangkan untuk belajar bermusik bersama teman seusia. Seperti dikemukakan oleh Mulyasa (2008:86), bahwa dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali kompetensinya secara optimal. Memilih materi yang tepat merupakan suatu hal yang seharusnya dilakukan oleh guru apapun mata pelajarannya.Secara spesifik, seni karawitan pada kelas seni SMP Negeri 4 Malang memilih materi pokok iringan tari Remo Bolet dan Gadhing Alit dengan tujuan penguasaan yang tinggi pada permainan instrument gamelan. Didasari dengan alasan bahwa dengan menerjunkan siswa langsung pada materi yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, siswa akan memunculkan kemampuan yang bervariasi dan ketertarikan yang lebih dalam pada seni karawitan. Seperti disampaikan oleh Djamarah dan Zain (2006:43) materi pembelajaran adalah substansi yang akandisampaikan dalam proses belajar mengajar.Maka dari itu, segala substansi seharsusnya dipilih dan dipilah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan siswa tersebut. Kehadiran media dalam pembelajaran pada kelas seni karawitan menjadi sangat penting sebagai jembatan penghubung bagi siswa untuk memahami materi.Media yang sering digunakan pada pembelajaran karawitan pada kelas seni SMP Negeri 4 Malang adalah media dua dimensi berupa papan tulis, satu-satunya media yang digunakan untuk mencatat notasi-notasi baru.Sanjaya (2006:169) mengemukakan bahwa salah satu fungsi dan manfaat penggunaan media adalah menambah gairah dan motivasi siswa dalam belajar. Maka, media yang bervariasi seperti power point, video, rekaman, dan media lain yang dapat mendukung pembelajaran gamelan seharusnya dapat menjadi konsiderasi tersendiri bagi proses pembelajaran tersebut. Namun, pada dasarnya guru memiliki alasan tersendiri untuk hanya menggunakan satu media pokok dalam penerapannya yaitu keingian untuk membuat siswa mengerti secara langsung bunyi alat-alat yang dipelajari, Dengan begitu, siswa diharapkan mengerti gamelan tersebut lebih mendalam dengan cara masing-masing yang belum tentu dapat dirangkum dengan satu video pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Setyosari (2005:16) keberadaan media merupakan suatu alat atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan pesan) antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan). Metode pembelajaran yang tepat akan berdampak pada keberhasilan tujuan pembelajaran. Dalam penerapannya, guru pengajar karawitan kelas seni SMP Negeri 4 Malang menggunakan tiga macam metode pembelajaran yang diaplikasikan secara bertahap dengan tujuan pencapaian pemahaman yang setara kepada materi yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan Sanjaya (2011:147) bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode ceramah sebagai metode pembuka menjadi awal bagi siswa untuk menerima penjelasan tentang materi – materi yang akan dipelajari. Hal ini merupakan langkah yang baik untuk memulai suatu pembelajaran karena informasi penting mengenai petunjuk pembelajaran dan tambahan motivasi bagi siswa seharusnya disampaikan di awal.Akan lebih baik jika metode ini tidak digunakan dalam waktu yang terlalu lama dikarenakan tujuan pembelajaran yang sebenarnya dalam pengembangan psikomotorik siswa melalui praktek menabuh gamelan itu sendiri. Metode kedua yang digunakan dalam pembelajaran karawitan kelas seni SMP Negeri 4 Malang adalah Metode Demontrasi.Hasibuan & Moedjiono (2010:29-30) menjelaskan bahwa metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana cara membuat, terdiri dari apa saja, bagaimana cara mengaturnya, bagaimana proses bekerjanya, serta bagaimana cara mengerjakannya. Dengan adanya demonstasi diberikan oleh guru, siswa mendapatkan contoh tentang materi yang sedang diberikan.Dikemukakan oleh Sanjaya (2011:152) bahwa dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.Maka dari itu, pengunaan metode demonstrasi terbilang sangat membantu dalam pembelajaran karawitan di kelas seni SMP Negeri 4 Malang. Metode drill sebagai metode ketiga menjadi metode penguat keterampilan siswa dalam permainan gamelan. Siswa diajarkan untuk mempraktekkan gendhing secara berulang-ulang guna mendapatkan bunyi terbaik dari perminan mereka secara keseluruhan.Saling mendengarkan menjadi salah satu hal yang dapat digunakkan untuk menguji kepekaan kemampuan psikomotorik sekaligus kepekaan terhadap kelompoknya.Latihan atau berlatih merupakan proses belajar dan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu (Supriadie, 2012:149). Oleh sebab itu, metode drill menjadi metode andalan pada pembelajaran karawitan demi mencapai kesuksesan siswa dalam menabuh gamelan. Pada kelas seni SMP Negeri 4 Malang, penilaian dilakukan secara individu dan kelompok.Secara individu dilakukan dalam peranan siswa di kelas saat mempelajarinya sendiri, mencoba memainkannya notasi yang diajarkan. Sedangkan secara kelompok, dilakukan saat siswa praktek gamelan secara bersama – sama. Meskipun dalam proses pembelajaran kelas seni tidak mengacu pada kurikulum khusus, namun penilaian yang digunakan guru terkandung ketiga aspek kurikulum 2013 yang dituliskan secara tersirat. Ketiga aspek tersebut diubah menjadi beberapa parameter yang berbeda, yaitu aspek keaktifan siswa yang mewakili aspek afektif. Dalam hal ini, aspek afektif dilihat dari sejauh mana siswa aktif mengikuti proses pembelajaran, baik dari bertanya, menjawab pertanyaan, dan bagaimana siswa bersikap dengan baik selama mengikuti pelajaran. Sedangkan, kemampuan siswa yang mewakili aspek kognitif beserta psikomotorik sejauh mana siswa dapat menangkap materi pelajaran yang kemudian dipraktekkan pada materi yang diberikan oleh guru.Pada dasarnya, guru dapat menggunakan bentuk penilaian apapun selama dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa secara keseluruhan dengan baik.Sebagai acuannya, sesuai dengan pendapat Sudjana (2014:3) bahwa penilaian merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran.Penilaian adalah proses upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penyampaian Pembelajaran Karawitan Pada Kelas Seni di SMP Negeri 4 Malang Dalam kegiatan awal, guru mencairkan suasana agar tercipta suasana yang kondusif. Guru mempersiapkan mental siswa dengan saling berkomunikasi dan memotivasi siswa. Setelah siswa dirasa siap menerima pelajaran, guru memulai pelajaran.Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriadie (2012:153) bahwa kegiatan awal adalah usaha yang dilakukan guru pada saat mengawali pembelajaran dalam rangka menciptakan kondisi bagi siswa agar fisik, mental, perhatian, dan motivasi terpusat dan bangkit untuk melakukan aktifitas pembelajaran.Maka dari itu, kegiatan awal dimaksudkan untuk menata mental dan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran dan dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sebelum memulai pembelajaran.Penciptaan atmosfir dan suasana yang baik untuk sebuah pembelajaran sangatlah penting untuk dilakukan diawal kegiatan agar siswa mendapatkan antusiasme yang tinggi sebelum memulai pembelajaran. Dalam kegiatan inti, guru mengorganisir lingkungan pembelajaran agar siswa mudah melakukan kegiatan belajar dan mencapai tujuan.Pada kegiatan inti, guru sudah mengelola kelas dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.Guru mengaktualisasikan pembelajaran sesuai langkah-langkah kegiatan dengan mengembangkan variasi pola interaksi dan prinsip-prinsip mengajar serta keterampilan mengajar (Supriadie, 2012:153).Kegiatan inti yang dilakukan di kelas seni SMP Negeri 4 Malang disusun berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan.Metode ceramah berada pada awal kegiatan inti dimaksudkan untuk memberi arahan, instruksi, dan penjelasan mengenai pembelajaran yang dilakukan.Kemudian diteruskan dengan berbagai praktek menyesuaikan materi yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan teori Supriadie (2012:154), bahwa banyak hal yang dapat dilakukan guru berdasarkan keterampilan dasar mengajar, berupa keterampilan membemberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, bertanya, mengelola diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Beberapa hal yang dilakukan guru dalam menutup pembelajaran menurut Supriadie (2012:155) adalah: melakukan validasi/merangkum, membuat simpulan, melakukan post test, memberikan kegiatan tindak lanjut (bisa berupa tugas).Sesuai hal tersebut, guru memberikan evaluasi dengan menyampaikan letak kekurangan pada saat pembelajaran karawitan berlangsung. Guru memotivasi siswa agar selalu semangat dan memperbaiki kekurangan masing-masing. Pembelajaran diakhiri dengan banyak motivasi untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki kemampuan masing-masing.Dengan tatanan kegiatan penutup terebut, kepedualian guru terhadap pemahaman siswa merupakan hal yang baik untuk dilakukan pada setiap pembelajarn.Hal ini bertujuan agar siswa juga memiliki tanggung jawab tentang pembelajaran kedepan dan tidak merasa diabaikan. Pengelolaan Pembelajaran Pada Kelas Seni di SMP Negeri 4 Malang Berkenaan dengan iklim pembelajaran yang kondusif, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi, dan bina suasana dalam pembelajaran.Bila pembelajaran dilakukan di ruang tertutup, luas ruangan perlu diperhatikan (Majid, 2013:165).Terkait dengan hal tersebut, ruang yang digunakan dalam pembelajaran karawitan di SMP Negeri 4 Malang sudah cukup baik.Ruangan yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu ruang kelas PPST dan laboratorium seni budaya.Namun, ruangan yang sering digunakan adalah ruang kelas PPST, karena laboratorium seni budaya digunakan untuk siswa konsentrasi tari.Ruang kelas kurang lebih berukuran 10m x 12m, dengan pencahayaan yang cukup karena di sisi kanan dan kiri ruangan banyak terdapat jendela dan ventilasi. Sebelum digunakan, seperangkat gamelan tertata rapi di ruangan paling belakang agar siswa tidak seenaknya menggunakan. Ketika jam pembelajaran karawitan akan dimulai, barulah siswa menata seperangkat gamelan tersebut sesuai susunan. Bonang di bagian paling depan, di sisi paling kanan dan kiri, kendang berada di antara bonang babokdan bonang penerus, sedangkan balungan berada di bagian belakang bonang dan kendang, mulai dari demung, saron, sampai gong. Pemasangan karpet di ruangan juga sudah maksimal sebagai peredam suara ketika pembelajaran berlangsung, sehingga tidak menggangu kelas lain yang sedang pelajaran. Sebelum dan sesudah pelajaran, siswa juga diwajibkan untuk membersihkan kelas, sehingga suasana pembelajaran berlangsung nyaman. Dengan hasil data dan teori tersebut, maka dapat dikatakan kondisi ruang pada pembelajaran karawitan sudah baik.Sekolah sudah cukup baik dalam memberikan sarana dan prasarana bagi kelas seni. Seluruh siswa kelas seni juga menjaga fasilitas yang diberikan SMP Negeri 4 Malang dengan sangat baik, mulai dari membersihkan ruangan sebelum dan sesudah digunakan, menata ruangan dengan rapi, dan menjaga ketertiban saat pelajaran berlangsung. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori Majid (2013:167), bahwa lingkungan fisik pembelajaran yang baik meliputi: 1) ruang pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bergerak bebas, 2) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan guru mudah bertatap muka dengan siswa, 3) ventilasi dan pengaturan cahaya yang baik sebagai penunjang terciptanya suasana belajar yang nyaman, 4) penyimpanan barang-barang pada tempat khusus sehingga mudah dicapai bila diperlukan. Pada saat pembelajaran berlangsung, kondisi kelas dapat dikatakan cukup kondusif.Siswa memiliki tingkah laku yang baik walaupun kadang memerlukan sedikit percakapan dan candaan. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Ada dua kategori pokok tentang masalah pengelolaan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu m