STUDI ANALISIS TENTANG ZAKAT ATAS TAMBAK GARAM DALAM FIQIH ISLAM (STUDI KASUS DI DESA KEDUNGKARANG KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK)

Isniatul Urfiyah (Nim: 1210026). Studi Analisis Terhadap Tambak Garam Menurut Perspektif Fiqih Zakat (Studi Kasus Di Desa Kedungkarang Kecamatan Wedung Kabupaten Demak). Skripsi. Jepara No. 02 Tahun 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang zakat sebagai salah satu alternative pemecahan masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Fokus penelitian ini adalah tentang zakat garam menurut perspektif fiqih zakat, yang terjadi di Desa Kedungkarang, dengan tujuan untuk mrngetahui bagaimana metode cara pengumpulan zakat dan penyalurannya. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan obserfasi, wawancara, dokumentasi dan teknik analisa data. Pembahasannya adalah dengan cara penyajian data yang kemudian di teruskan dengan teori yang mendukung dan menyimpulkan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Salah satu sebab belum berfungsinya zakat sebagai instrumen pemerataan dan belum terkumpulnya zakat secara optimal di lembaga-lembaga pengumpulan zakat, karena pengetahuan masyarakat vi terhadap harta yang wajib di keluarkan zakatnya masih terbatas pada sumbersumber konfensional yang secara jelas di nyatakan dalam al-Qur’an dan Hadits dengan persyaratan tertentu. Oleh karena itu salah satu pembahasan yang penting dalam fiqih zakat adalah menentukan sumber-sumber harta yang wajib di keluarkan zakatnya (alamwaal az-zakawiyyah) apalagi bila di kaitkan dengan kegiatan ekonomi yang terus berkembang dari waktu kewaktu. zakat yang sudah berjalan di tengah masyarakat Desa Kedungkarang ini sama halnya seperti yang terjadi di desa-desa lainnya. Akan tetapi yang membedakan adalah harta atau obyek yang di zakati. Istilah penadah zakatnya pun berbeda kalau di desa-desa lain istilahnya BAZ, akan tetapi yang di Desa kedungkarang namanya ZIS. Karena tidak di khususkan untuk menerima zakat saja, melainkan shadaqah, infak dan amal jariyah lainnya. Kesimpulan penelitian, Faedah khilaf (perbedaan pendapat) dalam masalah ini adalah, jika dikatakan wajib pada diri harta, adalah apabila seseorang mempunyai harta satu nishab saja dan telah berlalu dua tahun, maka ia hanya wajib memberikan untuk setahun saja. Tetapi jika dikatakan wajib dalam pertanggungan yang memberikan zakat, maka harus diberikan untuk kedua tahun. Kalau hartanya lebih dari satu nishab, maka wajib dikeluarkan untuk kedua tahun. Zakat tahun pertama lebih banyak dari pada tahun kedua, karena zakat ditahun kedua telah berkurang dengan yang diberikan untuk tahun yang pertama. Apabila telah terdapat sebab wajib berzakat, yaitu cukup satu nishab harta, maka baginya boleh mengeluarkan zakat walaupun syaratnya belum ada, yakni belum cukup satu tahun. Demikian pendapat Abu Hanifah, asy-Syafi’i dan vii Ahmad. Meskipun berbagai ragam usaha dan dari semua hasil dari usaha itu mempunyai jumlah nishab dan kadsar zakatnya masing-masing. Tergantung dari harta yang dimilikinya