dinamika karya sastra using dalam media cetak 1990-2006 dan muatan edukasinya

ABSTRAK Pasca G30-S/PKI, Sastrawan Using yang terlibat aktivitas politik banyak ditangkap oleh penguasa Orde Baru dan karya mereka dilarang dipublikasikan. Hal ini ,menyebabkan pergeseran trend pada bentuk karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan Using periode selanjutnya. Pergeseran ini pula yang menyebabkan banyak sastrawan Using kehilangan jati diri dan sulit mempublikasikan karyanya pada media cetak. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana pengaruh politik terhadap kreatifitas sastrawan dalam menciptakan karya sastra dan kesulitan dalam publikasi. Penelitian ini mengumpulkan karya sastra dan kemudian diolah dengan menggunakan metode etnografis untuk mendapatkan perbandingan dari tiap-tiap periode yang diperbandingkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dan menggunakan lima tahapan : (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi : analisis dan sintesis, dan (5) historigrafi. Berdasarkan Hasil tersebut diperoleh dua kesimpulan penelitian sebagai berikut, (1) mengenai kondisi sastrawan Using. Sastrawan Using adalah identitas yang melekat pada masyarakat tertentu yang memproduksi karya sastra dengan bahasa Using atau membahas kebudayaan Using. Dalam konteks sastra modern, intensi sastrawan Using cukup beragam dan bervariasi mulai dari persoalan, refleksi historis Blambangan, tradisi, ritual, kultur, upacara, adat, kesenian, asmara, persoalan pembangunan, hingga pertentangan antara tradisi dan modernitas. Tetapi semua dari tersebut ada satu benang merah yang menggayutkan dengan fenomena kultural Using.. (2), proses pencitraan dialek Using sebagai bahasa dibagi menjadi lima bagian. Setelah Using ditetapkan sebagai bahasa yang berdiri sendiri,, muncul banyak penulis yang mulai mempublikasikan karyanya dalam bentuk bahasa Using dengan cara mengirimkan tulisannya kepada media cetak atau mengumpulkan dan menerbitkan sendiri sebagai antologi