Pesan Moral Edukatif Relief di Maṇḍala Kadewaguruan pada Situs Jawar di Ampel Gading, Malang Masa Majapahit (Abad XIV-XV Masehi)

Penelitian ini dilatari oleh permasalahan adanya gejala-gejala degradasi moral sebagai dampak negatif dari era globalisasi. Hal itu merupakan permasalahan budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu diperlukan adanya pendidikan moral yang bersumber pada nilai-nilai budaya, salah satunya dari sebuah relief yang terpahat di bangunan maṇḍala kadewaguruan pada Situs Jawar sebagai tempat pendidikan keagamaan pada masa Jawa Kuno. Permasalahan yang diteliti adalah (1) rekonstruksi bentuk dan fungsi Situs Jawar, (2) isi cerita relief yang terdapat pada bagian kaki pendapa teras di Situs Jawar, dan (3) pesan moral edukatif yang terdapat pada relief di bagian kaki pendapa teras di Situs Jawar. Tujuan penelitian ini adalah (1) merekonstruksi bentuk dan fungsi Situs Jawar, (2) mendeskripsikan isi cerita relief yang terdapat pada bagian kaki pendapa teras di Situs Jawar, dan (3) menjelaskan pesan moral edukatif yang terdapat pada relief di bagian kaki pendapa teras di Situs Jawar.             Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan  menggunakan pendekatan kualitatif untuk memberikan gambaran yang sistematis dan objektif tentang Situs Jawar yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi kepustakaan, dan wawancara. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa sumber data artefaktual dan tekstual, sedangkan sumber data sekundernya berupa sumber data ekofaktual. Kegiatan analisis data terdiri dari analisis morfologi, stilistik, dan kontekstual.             Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh tiga buah kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Situs Jawar merupakan kompleks percandian yang berada di lereng bukit berfungsi sebagai tempat pendidikan keagamaan dan pemujaan. Kedua, isi cerita relief yang terdapat pada bagian kaki bangunan pendapa teras Situs Jawar yaitu tentang cerita binatang sebagai visualisasi dari ajaran kesusilaan. Relief cerita binatang yang terpahatkan antara lain tentang burung bangau yang menipu ikan, Kinnara yang setia, gagak dan ular yang ingin membunuh seorang brahmana, dua anjing yang lari memangsa kura-kura, kera yang merusak sarang burung manyar, tokoh Patih Serigala Sambada yang suka mengadu domba, ular hitam yang menipu raja katak, dan Raja Aridarma yang patuh kepada ajaran gurunya. Selain itu juga ada motif bunga teratai mekar sebagai simbol kesucian dan kesusilaan serta motif gulung ikal dan daun sebagai ornamen hias. Ketiga, pesan moral edukatif yang terdapat pada relief-relief di bagian kaki pendapa teras Situs Jawar lebih berhubungan dengan ajaran kesusilaan masa Jawa Kuno yang terdiri dari sepuluh macam atau disebut dengan ajaran daśaśila, terdiri dari ahiŋsā (tidak membunuh atau melakukan kekerasan), brahmacarya (mempraktikkan ajaran suci), sayta (setia, tulus, dan jujur), awyawahārika (tidak ikut campur dalam perkara), astainya (tidak mencuri), akrodha (tidak marah), guruśuśrūṣa (kepatuhan terhadap guru), śoca (kesucian), āhāralāghawa (tidak menipu), apramāda (tidak mabuk).             Saran dari penulis adalah diharapkan adanya penelitian-penelitian lain yang berfokus pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada sebuah tinggalan arkeologi, khususnya mengenai pesan moral edukatif yang selanjutnya dapat dikorelasikan dengan kurikulum pendidikan. Hal ini bertujuan sebagai upaya dalam mengatasi degradasi moral di era globalisasi pada masa dewasa ini.     &nbsp