Penerapan sistem manajemen mutu (SMM) pada SMK negeri 1 Singosari Malang

Kebutuhan dunia industri akan tenaga terampil berkualitas mendorong suatu lembaga pendidikan untuk melakukan suatu penjaminan terhadap proses pendidikan yang dilaksanankan dengan harapan kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melakukan penjaminan terhadap proses dalam rangka memenuhi kepuasan konsumen. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti kualifikasi penerapan program Sistem Manajemen Mutu pada SMK Negeri 1 Singosari Malang sebagai lembaga pendidikan kejuruan berdasarkan ISO 9001-2008, serta faktor pendukung dan faktor pengahambat dalam penerapan SMM.Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket. Populasi pada penelitian ini adalah level II dan III dari sistem dokumentasi mutu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Sampel penelitian sebanyak 30 orang responden meliputi 2 tingkatan atau stratified (level II dan III), kemudian pada level III responden dipilih secara acak atau random. Uji korelasi yang dilakukan terhadap seluruh butir pernyataan diketahui bahwa seluruh butir pernyataan memiliki taraf signifikasi lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05 dan dinyatakan valid. Uji reliabilitas diperoleh taraf kepercayaan sebesar 0,95 (Cronbach’s Alpha) dan dinyatakan valid.Hasil penelitian diketahui bahwa secara umum penerapan program SMM pada SMK Negeri 1 Singosari termasuk dalam kualifikasi baik dengan skor rata-rata (mean) sebesar 52,6667 (rentangan skor 1-75). Faktor pendukung utama penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) pada SMK Negeri 1 Singosari adalah tingginya tingkat kebutuhan dunia industri akan tenaga terampil yang berkualitas dan ketersediaan dokumen baku sasaran mutu masing-masing unit sekolah dengan persentase keterpilihan (setuju) sebesar 100%. Faktor pendukung terkecil dengan persentase keterpilihan sebesar 83,33% adalah kesadaran akan pentingnya pencapaian mutu lulusan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat utama adalah rendahnya transparansi hasil penerapan SMM dengan persentase keterpilihan (setuju) sebesar 66,67%. Sedangkan keterbasan sumber daya pelaksanan program SMM menjadi faktor penghambat penerapan SMM terkecil dengan persentase keterpilihan sebesar 33,33%. Faktor penghambat lain yang disampaikan oleh responden yakni kurangnya pelatihan pada masing-masing unit sekolah untuk menerapkan program SMM dan kurangya kerja sama atau teamwork dari masing-masing unit pelaksana SMM yang menyebabkan penerapan SMM kurang maksimal.Disarankan agar pihak sekolah hendaknya meningkatkan sosialisasi penerapan program Sistem Manajemen Mutu (SMM) pada masing-masing unit sehingga transparansi hasil pelaksanaan program SMM dapat meningkat. Perlu juga diadakan pelatihan secara menyeluruh kepada setiap unit sekolah sebagai bentuk peningkatan sumber daya pelaksana SMM