Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk Penilaian Vegetasi sebagai Indikator Proses Degradasi / Penggurunan di Daerah Karst Pegunungan Kendeng Utara

Daerah karst merupakan wilayah yang umumnya mempunyai produktivitas pertanian yang rendah karena kurang subur. Pemanfaatan yang semakin intensif karena berkembangnya jumlah penduduk menyebabkan daerah karst terancam oleh proses degradasi atau penggurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan penggunaan lahan, menilai tingkat degradasi lahan, menilai indeks vegetasi, dan analisis morfometri permukaan lahan. Daerah penelitian adalah di daerah karst Pegunungan Kendeng Utara, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan terdiri atas hutan (12.80%), kebun campuran (12.86%), pemukiman (4.66%), tambang (0.13%), dan tegalan (70.28%). Berdasarkan 71 titik sampel yang diperoleh, didapatkan bahwa area terdegradasi relatifdominan di pegunungan bagian barat (70,28%) dengan penggunaan lahan berupa tegalan (jagung). Hutan (12.08%). Metode interpretasi citra Landsat 8 secara visual digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan, sedangkan metode scorring dan interpolasi untuk memetakan degradasi. Parameter yang digunakan: tingkat deforestasi, persentase batuan permukaan, kualitas vegetasi, dan tingkat pengelolaan lahan. Penilaian indeks vegetasi (EVI, SAVI, II, TRVI, NDVI) dilakukan dengan menggunakan software ENVI 4.5, adapun analisis morfometri dengan software SAGA. Parameter yang dinilai: kemiringan dan kelengkungan lereng serta indeks kekasaran permukaan. Analisis pohon keputusan digunakan untuk melihat variabel dominan penyebab proses degradasi/penggurunan. Tingkat akurasi penilaian mencapai 88.89%. Untuk penilaian indeks vegetasi didapatkan bahwa TRVI terpilih sebagai metode terbaik untuk menduga area terdegradasi dengan nilai rata-rata indeks paling tinggi (0.2) yang dapat membedakan area vegetasi yang tinggi nilainya akan semakin tinggi dan sebaliknya. Dalam analisis pohon keputusan TRVI tepilih sebagai node utama, adapun kemiringan lereng terpilih sebagai node kedua. Dalam hal ini nilai lereng 8.25 sebaliknya. Dengan kata lain, jika lereng semakin curam maka semakin tidak terancam oleh proses degradasi.Wilayah yang tidak terdegradasi paling banyak terletak pada lahan hutan.Hal.77-8