HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN MOTIVASI PASIEN TUBERKOLOSIS PARU DENGAN KETERATURAN MINUM OBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOLONGAN

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Keteraturan minum obat atau ketaatan pengobatan merupakan respon sebagai bagian dari perilaku kesehatan. Diketahui data jumlah penderita suspek TB paru tahun 2008 di Puskesmas kolongan sebanyak 382 orang, jumlah penderita dengan BTA positif sebesar 37 orang dan jumlah penderita suspek TB paru tahun 2009 (sampai triwulan ke-2) di Puskesmas kolongan sebanyak 184 orang, jumlah penderita dengan BTA positif sebesar 18 orang. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pekerjaan dan motivasi pasien tuberkulosis paru dengan keteraturan minum obat di wilayah kerja Puskesmas Kolongan.Metode penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua penderita tuberkulosis paru yang sementara dalam pengobatan tuberkulosis paru kategori 1 di Puskesmas Kolongan bulan juni 2010 sampai februari 2011 sebesar 46 orang. Sampel diambil seluruhnya dari jumlah populasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.Pendidikan dengan keteraturan minum obat memperoleh nilai korelasi 0,520 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai korelasi sebesar 0,520 berarti hubungan pendidikan dengan keteraturan minum obat cukup kuat, sedangkan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keteraturan minum obat atau H1 diterima. Pekerjaan dengan keteraturan minum obat memperoleh nilai korelasi 0,185 dengan nilai signifikansi sebesar 0,219. Nilai korelasi sebesar 0,185 berarti hubungan pekerjaan dengan keteraturan minum obat lemah, sedangkan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,219 > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan keteraturan minum obat atau H1 ditolak. Motivasi dengan keteraturan minum obat memperoleh nilai korelasi 0,591 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai korelasi sebesar 0,591 berarti hubungan motivasi dengan keteraturan minum obat cukup kuat, sedangkan nilai signifikansi probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keteraturan minum obat atau H1 diterima. Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keteraturan minum obat, tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan keteraturan minum obat dan ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keteraturan minum obat. Saran diharapkan kepada pihak Puskesmas meningkatkan pelayanan pengobatan dan memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas kesehatan, sehingga penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan baik.70 hl