Penyebaran White Spot Syndrome Virus Pada Tambak Tradisional Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Kabupaten Pasuruan Jatim

Usaha budidaya tambak merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan kawasan pesisir yang dalam pengembangan budidayanya di masa mendatang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir atau petambak dan pendapatan daerah serta perolehan devisa negara, sehingga harus dikelola dengan baik agar menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berkelanjutan. Wilayah pengembangan usaha budidaya udang vaname yang akan dikembangkan di Kabupaten Pasuruan terdiri dari Kecamatan Bangil, Kraton, Rejoso, dan Lekok dikarenakan memiliki potensi lahan yang masih cukup luas. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui dan menentukan kondisi perairan tambak tradisional berdasarkan kualitas air. Mengetahui dan menentukan pola penyebaran WSSV pada tambak tradisional udang vaname pada wilayah Kecamatan Bangil, Kraton, dan Rejoso dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan rancangan/ pendekatan epidemiologi dan observasional deskriptif. Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian diantaranya adalah dokumen maupun kajian pustaka yang digunakan untuk menunjang dalam penulisan penelitian. seperti kegiatan budidaya yang dilakukan dilokasi, hasil produksi budidaya dan serta kendala yang terjadi maupun kendala yang dihadapi pembudidaya udang vaname di wilayah Bangil, Kraton, dan Rejoso pada bulan Maret sampai Juni tahun 2015 dan 2016 Pendeteksian White Spot Syndrome Virus dengan menggunakan Nested PCR. Pola penyebaran WSSV dengan menggunakan SIG. Kecamatan Bangil, Kraton, dan Rejoso selama penelitian di dapat beberapa sampel kualitas air, kondisi kualitas air yang dilakukan pengujian adalah baik dan layak.Penyebaran WSSV di wilayah Kecamatan Bangil, Kraton, dan Rejoso selama penelitian di dapat beberapa sampel positif yg ditandai dengan pemeriksaan menggunakan Nested PCR Pada lokasi penelitian terdapat infeksi pada 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Bangil terdapat pada titik pengambilan sampel 1 pada Desa Kalianyar terletak pada titik koordinat 7034’58.60” LS 112048’33.55” BT dan 3 pada desa Kalianyar terletak pada titik koordinat 7033’40.52” LS 112047’09.20” BT, sedangkan yang kedua pada Kecamatan Rejoso, terdapat pada titik pengambilan sampel 1 pada Desa Patuguran terletak pada titik koordinat 7037’34.47” LS 112056’41.52” BT dan 2 pada Desa Patuguran terletak pada titik koordinat 7039’43.53” LS 112057’12.24” BT, sedangkan bila dilakukan gambaran pemetaan dapat dikatakan bahwa Kecamatan Bangil pada dua titik pengambilan sampel terdapat infeksi WSSV ditandai dengan warna merah, pada Kecamatan Rejoso pada dua titik pengambilan sampel juga terdapat infeksi WSSV ditandai dengan warna merah, Kecamatan Kraton tidak terdapat infeksi WSSV ditandai dengan warna hijau muda, daerah yang berwarna hjau tua tidak dilakukan pengukuran sehngga tidak dapat diketahui status infeksi WSS