Strategi Pengembangan Restoran Halal Sebagai Penunjang Hotel Syariah (Studi Kasus Di Unida Gontor Inn, Universitas Darussalam Gontor Ponorogo

Wisata syariah merupakan trend baru pariwisata di dunia. Peluang wisata syariah berpotensi sangat menguntungkan, tidak hanya bagi Muslim tetapi juga non-Muslim. Wisata syariah mewadahi banyak industri, seperti makanan halal, travel halal, restoran halal, dan hotel syariah. Salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam sertifikasi hotel syariah yaitu restoran tersertifikasi halal. UNIDA Gontor Inn merupakan salah satu hotel di Ponorogo milik Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor yang dipersiapkan menjadi hotel syariah. Untuk itu, perlu penelusuran menu di Resto UNIDA Gontor Inn secara menyeluruh baik pada katering dalam dan katering luar. Tujuan penelitian ini menentukan titik kontrol kehalalan (HCP) menu di Restoran UNIDA Gontor Inn sehingga memudahkan persiapan dokumen sertifikasi halal ke Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-Obatan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)dan menentukan strategi untuk pengembangan restoran UNIDA Gontor Inn menjadi restoran halal sebagai penunjang hotel syariah. Identifikasi titik kontrol kehalalan menggunakan metode Halal Assurance System (HAS) 23102 LPPOM MUI. Selanjutnya, penentuan strategi pengembangan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan responden pakar 8 orang, meliputi direktur UNIDA Gontor Inn, staf resto, staf hotel, MUI Ponorogo, Dinas Pariwisata, akademisi hukum syariah, perwakilan katering dalam dan katering luar. Hasil penelitian menunjukkan konsep model sistem jaminan halal di Resto UNIDA Gontor Inn sangat berpotensi untuk dikembangkan. Penelusuran HCP pada 25 menu unggulan didapatkan bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan sejumlah 78 bahan, 7 bahan atau 9% termasuk HCP antara lain daging sapi, daging kambing, ayam kampung, ayam Broiler, kerupuk udang, terasi, dan bumbu Depot Blenger. Manajemen UNIDA Gontor Inn dapat melakukan perbaikan alternatif bahan bersertifikat halal untuk mendukung dokumen sertifikasi halal ke LPPOM MUI. Pengembangan strategi dengan metode AHP, diperoleh hasil prioritas level faktor yaitu sistem produksi (0,454), pasar (0,321), sumberdaya manusia (0,225). Prioritas level tujuan yaitu sertifikat halal restoran (0,412), kepercayaan konsumen (0,189), konsistensi metode pengolahan (0,181), dan pengembangan menu halal (0,082). Prioritas level alternatif strategi yaitu penentuan standar kualitas produksi (0,316), peningkatan fasilitas produksi (0,269), peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM (0,216) dan strategi persaingan pasar (0,1999). Pihak manjemen hotel harus lebih fokus dalam menentukan standar kualitas produksi terkait dengan input, proses, dan output, meliputi pembelian bahan baku, penerimaan, seleksi, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian sesuai HAS agar tersertifikasi halal. Dengan demikian, bisa menunjang sertifikasi restoran halal, hotel syariah, serta menjadi percontohan hotel syariah di Ponorogo