Hubungan antara Burnout Syndrome Perawat dengan Iklim Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Kelas II Dan III Rumah Sakit Tk.II dr. Soepraoen Malang

Prevalensi burnout syndrome yang meningkat pada perawat menjadi ancaman potensial terhadap keselamatan pasien. Iklim keselamatan pasien mewakili budaya keselamatan yang dapat diukur dalam satu waktu tertentu yang berpengaruh pada perilaku terkait keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara burnout syndrome perawat dengan iklim keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Kelas II dan III Rumah Sakit Tk.II dr.Soepraoen Malang. Desain analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada tanggal 23-28 November 2018. Sample dipilih dengan teknik total sampling sejumlah 99 perawat. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI) dan Safety Attitudes Quetionnaire (SAQ). Hasil uji korelasi Spearman Rank ada hubungan negatif kelelahan emosional dengan iklim kerjasama tim (p=0,000; r=-0,445), hubungan negatif dengan kekuatan sedang antara kelelahan emosional dengan iklim keselamatan (p=0,000; r=-0,449), hubungan negatif dengan kekuatan sedang antara depersonalisasi dengan iklim kerjasama tim (p= 0,000; r=-0,423), hubungan negatif dengan kekuatan lemah antara Depersonalisasi dengan iklim keselamatan (p=0,004; r=-0,286), hubungan negatif dengan kekuatan lemah antara pencapaian prestasi diri dengan iklim kerjasama tim (p=0,002; r=-0,311), dan hubungan negatif dengan kekuatan lemah antara pencapaian prestasi diri dengan iklim keselamatan (p=0,011; r=-0,255). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara burnout syndrome perawat dengan iklim keselamatan pasien. Disarankan pentingnya upaya deteksi dini dengan evaluasi burnout syndrome perawat secara berkala serta pelaksanaan pelatihan manajemen stres bagi perawat guna meningkatkan mekanisme koping terhadap stress terkait pekerjaan