Students Bilingualism at Charis Junior and Senior High School.

Indonesia adalah negara multikultural dengan lebih dari ribuan suku dan bahasa. Setiap etnis dan budaya memiliki bahasa mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa hampir setiap orang dapat berbicara dan mengerti setidaknya untuk dua bahasa, yaitu bahasa tradisional dan nasional. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bilingual mereka seperti dengan sekolah dan imigrasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan jenis-jenis bilingualisme yang ditemukan pada siswa di Charis Junior dan SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi langsung dan menyebarkan kuesioner kepada responden. Responden penelitian adalah 25 siswa dari Charis National Academy Malang yang telah dipilih secara acak oleh guru Charis. Para siswa berasal dari tingkat SMP dan SMA. Data berasal dari kuesioner itu sendiri yang akan dianalisis pada bab 4. Hasilnya, peneliti menemukan 1 jenis bilingualisme yang terbagi menjadi dua sub-tipe. jenis-jenis bilingualisme didasarkan pada teori oleh Beardsmore (1986. seperti yang dikutip dalam Moradi, 2014). rincian hasil sebagai berikut, 7 responden dianggap sebagai bilingualisme awal simultan dan 18 responden dianggap sebagai bilingualisme awal berturut-turut. Mempelajari bahasa kedua dari usia yang sangat muda memiliki kelebihan bagi para pembelajar itu sendiri. Mereka dapat dianggap sebagai bilingual yang kuat, terutama ketika mereka menggunakannya terus menerus. dari total 25 responden, usia yang paling umum terjadi untuk memulai belajar bahasa kedua (L2) adalah pada usia 4 tahun, terdiri dari 8 responden. Memperoleh dan belajar bahasa kedua juga bisa dari mana saja. Faktor-faktor yang ditemukan peneliti adalah karena sekolah tumbuh dalam keluarga bilingual, Kontak dekat dengan kelompok linguistik lain, dan Imigrasi. Kesimpulannya, siswa-siswa dari SMP dan SMU Charis Malang dianggap sebagai bilingual awal. Beberapa siswa juga membuktikan bahwa jika ada yang ingin mempelajari bahasa baru, lebih baik mempraktikkannya secara teratur, untuk mengasah kemampuan berbahasa tersebut. Peneliti menyarankan untuk peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian tentang bilingual dengan objek lain dan dengan menggunakan teori lain dari ahli yang berbeda. Peneliti juga berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan beberapa kontribusi bagi pembaca untuk mengenal lebih lanjut tentang bilingual dan jenisnya