Kemampuan Daya Tampung Badan Air Sungai Genjong Di Desa Ngadirenggo Terhadap Limbah Cair Peternakan Sapi

Permasalahan lingkungan akan selalu terjadi selama masyarakat tidak mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan ditengah-tengah pertumbuhan industrialisasi. Salah satu permasalahan lingkungan yaitu adanya pencemaran air, khususnya air sungai oleh bahan pencemar baik dari industri maupun domestik. PT Greenfields Indonesia memulai pembangunan peternakan sapi perah kedua di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Peternakan kedua ini akan menjadi peternakan sapi perah terbesar dan modern se-Asia Tenggara. PT Greenfields Indonesia akan menternakkan 10 ribu ekor sapi perah, dengan total laktasi yang diperah sekitar 4.000 ekor. Usaha peternakan dapat memberikan manfaat yang besar jika dilihat dari perannya sebagai penyedia protein hewani. Namun, peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran. Hasil samping peternakan berupa limbah dalam skala besar dan semakin intensif akan menimbulkan masalah yang komplek. Masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh peningkatan industri peternakan sapi perah adalah adanya limbah cair yang dibuang ke badan air Sungai Genjong. Terkait dengan pembuangan limbah cair ke badan air dikhawatirkan akan mempengaruhi daya tampung badan air tersebut. Badan air yang berada di sekitar peternakan sapi yaitu badan air sungai Genjong, yang merupakan salah satu anak sungai dari daerah aliran sungai viii Brantas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya tampung serta status mutu sungai Genjong terhadap limbah cair peternakan sapi. Metode untuk menentukan kemampuan daya tampung terhadap limbah cair peternakan sapi yaitu menggunakan metode Neraca Massa, serta untuk menentukan status mutu yaitu menggunakan metode Indeks Pencemaran dengan parameter yang dianalisis yaitu Suhu, pH, TSS, DO, BOD, COD, Fosfat, dan Nitrat yang kemudian hasil pengujian laboratorium dari parameter-parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu air kelas III menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara sesaat (grab sample) dengan 3 (tiga) kali pengulangan di masing-masing titik yaitu titik I (titik sebelum outlet), titik II (titik outlet), dan titik III (titik setelah outlet). Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan daya tampung sungai Genjong terhadap limbah cair peternakan sapi pada kondisi awal baik dari hasil pengujian maupun perhitungan menunjukan parameter Suhu, pH, TSS, DO, COD, Fosfat, dan Nitrat tidak melebihi standar baku mutu air sungai kelas III. Daya tampung berdasarkan parameter BOD hasil pengujian di titik III tidak melebihi standar baku mutu dengan kadar sebesar 5,6833 mg/L, dan berdasarkan hasil perhitungan menunjukan melebihi standar baku mutu dengan kadar sebesar 12,3182 mg/L. Kemampuan daya tampung sungai Genjong terhadap limbah cair peternakan sapi berdasarkan pada simulasi debit hulu dan simulasi debit limbah cair menunjukan seluruh parameter yang dianalisis masih berada di dalam standar baku mutu air kelas III, kecuali parameter BOD. Indeks Pencemaran pada kondisi awal perairan menunjukan bahwa status mutu pada titik I tercemar ringan dengan nilai Pij sebesar 1,2560, titik II termasuk golongan tercemar berat dengan nilai Pij sebesar 11,0040 dan titik III ix termasuk golongan sungai kondisi baik dengan nilai Pij sebesar 0,7354. Status mutu pada titik III berdasarkan simulasi debit hulu sebesar 1,8067 m3/s ; 2,2584 m3/s dan 2,7101 m3/s menyebabkan status mutu pada titik III tergolong dalam tercemar ringan. Simulasi debit limbah cair sebesar 0,0026 m3/s ; 0,0013 m3/s ; 0,0008 m3/s ; dan 0,0005 m3/s menyebabkan status mutu pada titik III menjadi tercemar ringan, hal tersebut menunjukan bahwa perairan pada titik III tidak dapat dimanfaatkan sesuai peruntukan air kelas III