Implementasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian melalui Kerjasama Internasional (Studi pada Program Magang Generasi Muda Pertanian ke Jepang, Kementerian Pertanian 2014)

Minat generasi muda saat ini kepada sektor pertanian terus menurun. Data menunjukkan bahwa jumlah populasi tenaga kerja pertanian pada usia 18-25 tahun terus mengalami penurunan setiap tahun. Dikhawatirkan akan terjadi lost generation pada tenaga kerja sektor pertanian. Oleh karena itu, Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan), Kementerian Pertanian, membuat program yang mampu meningkatkan minat dan kualitas generasi muda pertanian untuk menjadi wirausaha unggul pada bidang pertanian melalui Program Magang Generasi Muda Pertanian ke Jepang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan dibatasi oleh 2 fokus penelitian, yaitu (1) Implementasi Program Magang Generasi Muda Pertanian ke Jepang ; (2) Faktor pendukung dan penghambat dari implementasi program. Sumber data berasal dari informan, tempat, dan dokumen serta dari jenis data primer dan sekunder. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Milles, Huberman dan Saldana (2014) melalui tahap pengumpulan data, kondensasi data, pejaian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) Implementasi Program Magang Generasi Muda Pertanian ke Jepang dilihat dari adanya kesesuaian organisasi pelaksana; dimana organisasi yang melaksanakan program memiliki kemampuan untuk memenuhi syarat dalam melaksanakan program dan mampu menjalankan syarat, kemudian melihat dari kesesuaian antara program dengan kebutuhan kelompok sasaran; generasi muda pertanian ini membutuhkan pelatihan agar memiliki kompetensi menjalankan usaha tani dengan cara yang lebih maju dan modern. Terakhir adalah kesesuaian kelompok sasaran dan organisasi pelaksana; kelompok sasaran belum memiliki teknik bertani yang modern dan manajemen usaha tani yang baik. Tuntutan tersebut merupakan hasil dari pemantauan Puslatan, sehingga keputusan untuk membuat program juga sesuai dengan apa yang kelompok sasaran butuhkan (2) Faktor Pendukung implementasi program secara internal berasal dari adanya dasar hukum yang membuat program ini memiliki anggaran tetap dari APBN dan Tersedianya sumber daya manusia yang memadai dari organisasi pelaksana. Faktor penghambat terdiri dari masih adanya praktik nepotisme dalam proses seleksi dan kesiapan mental para peserta saat melaksanakan magang di Jepang. Rekomendasi penting yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah pelatihan yang lebih intensif sebelum keberangkatan ke Jepang dan verifikasi yang lebih mendalam saat melakukan proses seleksi agar mendapatkan calon peserta terbaik