Produktivitas Sapi Peranakan Ongole dan Silangannya di Peternakan Rakyat pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Jawa Timur

Penelitian dilaksanakan di kecamatan Nguling kabupaten Pasuruan dengan ketinggian tempat 5 m dari permukaan laut dan di kecamatan Poncokusumo kabupaten Malang dengan ketinggian tempat 700 m dari permukaan laut.. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi silangan PO (Limpo). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive sampling ) bahwa didaerah tersebut peternak mengembangkan pembibitan sapi PO dan sapi Limpo pada ketinggian tempat yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah 1. melakukan kajian performans produksi dan reproduksi sapi PO dan silangannya pada kondisi lingkungan yang berbeda, 2.menganalisis interaksi genotype dan lingkungan terhadap sifat produksi dan reproduksi sapi PO dan silangannya, 3. Menghitung rugi laba sapi PO dan silangannya pada ketinggian tempat yang berbeda. Tahap penelitian terdiri dari 1. Mengukur aspek produksi,yang meliputi bobot lahir, bobot sapih (bobot sapih 105 hari dan bobot badan umur 365 hari), pertambahan bobot badan, heat tolerance coefficient (HTC), 2. Mengukur aspek reproduksi yang meliputi: service per conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate . 3. Perhitungan Ekonomi Usaha yang meliputi biaya produksi, penerimaan dan keuntungan. 4. Pakan Ternak yang meliputi : konsumsi bahan kering dan konsumsi protein kasar. Hasil penelitian 1 (produksi), menunjukkan bahwa rata-rata bobot lahir sapi PO lebih rendah dari pada rata-rata bobot lahir sapi Limpo yaitu 28,47 ± 1,73 kg dan 33,35 kg ± 6,00 kg dan ketinggian tempat dari permukaan laut tidak berpengaruh terhadap bobot lahir. Lokasi berpengaruh nyata terhadap bobot sapih sapi 105 hari dimana rata-rata berat sapih di dataran rendah (Nguling) sapi PO 71,77±12,12 kg dan sapi PO di dataran tinggi (Poncokusumo) 76,76 ± 9,30 kg, rata-rata berat sapih sapi Limpo umur 105 hari di dataran rendah adalah 80,89 ± 17,12 kg dan yang berada di dataran tinggi 92,17 ± 24,86 kg (P<0,05). Terdapat pengaruh bangsa dan lokasi terhadap pertambahan bobot badan dan berbeda nyata (P<0,05) dimana rata-rata pertambahan bobot badan sapi PO di dataran rendah 0,41 ± 0,11 kg dan di dataran tinggi 0,46 ± 0,08 kg. Rata-rata pertambahan bobot badan sapi Limpo di dataran rendah 0,45 ± 0,18 kg dan di dataran tinggi 0,50 ± 0,23 kg. Terdapat pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) antara F1 sapi Limpo dengan G2 sapi limpo terhadap berat sapih 105, BS 105 di dataran rendah 98,33 ± 17,90 kg dan di dataran tinggi 106,86 ± 21,44 kg sedang BS sapi limpo F1 di dataran rendah 80,79 ±17,28 kg dan di dataran tinggi 91,44 ± 25,49kg. Bobot badan umur sapi 365 hari dipengaruhi oleh bangsa dan lokasi dan berbeda sangat nyata (P<0,01), dimana rata-rata bobot badan sapi PO di dataran rendah 153,70 ± 26,38 kg dan di dataran tinggi 160,59 ± 33,65 kg, sedang rata-rata bobot badan umur 365 sapi limpo di dataran rendah 155,02 ± 26,88 kg dan di dataran tinggi 237,52 ± 34,47 kg. Terdapat interaksi genetik dan lingkungan, sapi PO yang berada di dataran rendah dapat beradaptasi dengan baik dengan memanfaatkan pakan kualitas rendah dan dapat tetap berproduksi dengan baik dari pada sapi Limpo, sedang di dataran tinggi sapi limpo dapat mengekspresikan performans secara optimal melebihi sapi PO. Pertambahan bobot badan sapi umur 365 hari dipengaruhi oleh bangsa dan lokasi (P<0.01) Rata-rata pertambahan bobot badan sapi PO di dataran rendah 0,31 ± 0,10 kg dan di dataran tinggi 0,32 ± 0,12 kg,sedang pertambahan bobot badan sapi Limpo umur 365 hari di dataran rendah 0,28 ± 0,10kg dan di dataran tinggi 0,56 ± 0,13 kg. Rata-rata nilai HTC sapi PO dan Limpo dipengaruhi oleh lokasi yaitu rata-rata HTC sapi PO di dataran rendah 2,63 ± 0.14 dan di dataran tinggi 2,25 ± 0,25, sedang ratarata HTC sapi Limpo di dataran rendah 2,82 ± 0,13 dan di dataran tinggi 2,16 ± 0,24. Sapi-sapi yang berada di dataran rendah terjadi cekaman panas dengan ditandai dengan HTC yang cukup tinggi. Hasil penelitian 2 (reproduksi) menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh terhadap umur pertama kali kawin (P<0,01).Rata-rata sapi PO yang berada di dataran rendah umur pertama kali kawin 2,17 ± 0,81 tahun dan di dataran tinggi 1,74 ± 0,33 tahun, sedang sapi Limpo umur pertama kali kawin di dataran rendah 2,06 ± 0,73 tahun dan di dataran tinggi 1,67 ± 0,30 tahun. Umur pertama kali kawin di dataran rendah lebih lama karena ada cekaman panas dan kualitas pakan kurang baik. Lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap service per conception (P<0,01), dimana rata-rata S/C sapi PO yang berada di dataran rendah 1,63 ± 0,77 dan di dataran tinggi S/C 1,94 ± 0,87, sedang pada sapi Limpo rata-rata S/C di dataran rendah adalah 1,65 ± 0,68 dan di dataran tinggi 2,00 ± 1,14 Lokasi berpengaruh nyata terhadap days open (P<0,05), rata-rata days open sapi PO di dataran rendah 4,28 ± 0,87 bulan dan di dataran tinggi 4,89 ± 0,83 bulan, sedang rata-rata days open pada sapi Limpo di dataran rendah 4,89 ± 0,29 bulan dan di dataran tinggi 4,85 ± 0,77, lamanya days open sebagai akibat pakan yang kurang baik sehingga akan mempengaruhi fertilitas. Bangsa dan lokasi tidak berpengaruh terhadap calving Interval , dimana rata-rata calving interval sapi PO di dataran rendah 14,11 ± 1,23 bulan dan di dataran tinggi 14,57 ± 1,53 bulan sedang pada sapi Limpo rata-ata calving interval di dataran rendah 14,14 ± 1,72 bulan dan di dataran tinggi 14,34 ± 1,55 bulan dan tidak ada pengaruh BCS terhadap effisiensi reproduksi baik pada sapi PO dan Limpo pada ketinggian tempat yang berbeda