Analisis Tourism Livelihoods Berkelanjutan Di Kota Batu: Pendekatan SLFT (Sustainable Livelihood Framework for Tourism)

Pariwisata, saat ini menjadi salah satu produk yang dibutuhkan masyarakat dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Minat masyarakat Indonesia, untuk melakukan kunjungan wisata juga disebabkan peningkatan daya beli masyarakat. Di Jawa Timur sendiripun terdapat beberapa kabupaten/kota yang berkonsentrasi pada sektor pariwisata. Salah satunya adalah Kota Batu. Kota Batu ini memiliki PAD yang didominasi karena aktivitas wisata yang berkembang di Kota tersebut dan dalam beberapa tahun terakhir memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, menganalisis tourism livelihoods berkelanjutan pada destinasi wisata berbasis modal dengan berbasis komunitas; kedua, menganalisis perbedaan hasil tourism livelihoods berkelanjutan pada destinasi wisata berbasis modal dengan berbasis komunitas; dan ketiga merumuskan kebijakan pembangunan berkelanjutan pada sektor pariwisata. Penelitian ini merupakan penelitian mix method, yang menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan diperjelas melalui pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah SLFT (Sustainable Livelihood Framework for Tourism), sebuah pendekatan kerangka penghidupan berkelanjutan sector pariwisata. Sedangkan alat kuantitatif yang digunakan adalah uji beda, yang menguji perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok destinasi wisata masih belum berada pada angka yang menunjukkan keberlanjutan. Walapun demikian, hasil uji beda menunjukkan ada perbedaan signifikan pada kedua kelompok destinasi tersebut, yang menunjukkan bahwa destinasi wisata berbasis komunitas berpeluang untuk diarahkan menjadi pembangunan yang berkeberlanjutan, dengan memperbaiki beberapa indikator. Beberapa indikator tersebut adalah minimnya pelatihan dengan bidang wisata, kesempatan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sector pariwisata yang masih rendah, rendahnya komunikasi dan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam kebijakan dan proses pengambilan keputusan. Dari hasil empiris menunjukkan bahwa penduduk yang berada di destinasi wisata berbasis komunitas merasakan lebih menikmati keberlanjutan ekonominya ketimbang pada masyarakat yang tinggal di destinasi wisata berbasis modal. Hal ini terjadi karena masyarakat memiliki kecenderungan keterlibatan yang besar dan aksesibilitas yang memadai pada aktivitas wisata tersebut atau dengan kata lain masyarakat menjadi bagian utuh dari wisata yang dibangun