Sinkronisasi Pasok Protein Dan Energi Terhadap Proses Metabolisme Pakan Pada Sapi Po Lepas Sapih

Pasokan nutrisi yang berlebihan pada ternak ruminansia akan menyebabkan pencernaan dan metabolisme yang tidak efisien serta meningkatkan polusi lingkungan oleh ternak seperti nitrogen, fosfor dan senyawa organik lainnya. Strategi pakan untuk memenuhi kebutuhan protein secara tidak berlebihan untuk mendukung produksi ternak ruminansia diperlukan karena pakan sumber protein merupakan bahan yang berharga mahal. Peningkatan efisiensi sintesis protein mikroba (ESPM) dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan protein pada ternak secara tidak berlebihan. Peningkatan ESPM dapat dilakukan melalui sinkronisasi pasokan karbohidrat dan protein dalam rumen. Sinkronisasi nutrien pada pakan ternak ruminansia mengacu pada penyediaan nutrien terutama protein dan energi ke dalam rumen secara bersamaan dan sesuai proporsi yang dibutuhkan oleh mikroba rumen. Keberadaan mikroba rumen pada ternak ruminansia berperan dalam pencernaan karbohidrat struktrural, penyedia energi dan protein bagi induk semang. Mikroba rumen mampu menyumbang 70-100% total protein tersedia bagi ternak pada pakan berkualitas rendah. Padi, jagung dan ubi kayu merupakan tiga tanaman pangan yang mempunyai luas panen tertinggi sehingga hasil ikutannya berpotensi digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Pakan sumber serat asal hasil ikutan tanaman pertanian dan perkebunan mempunyai keterbatasan yaitu mengandung protein kasar dan bahan organik terlarut yang rendah serta serat kasar yang tinggi. Penggunaan hasil ikutan tanaman pangan sebagai sumber serat apabila digunakan tanpa perlakuan untuk peningkatan kecernaan tidak akan mampu mendukung produktifitas ternak ruminansia. Sinkronisasi nutrien disertai suplementasi dengan strategi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sintesis protein mikroba selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas ternak ruminansia pada pakan mengandung hasil ikutan tanaman pangan dan perkebunan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan teknologi pakan yang bertujuan mengoptimalkan pakan ternak ruminansia mengandung hasil ikutan tanaman pangan. Teknologi yang diteliti pada penelitian ini adalah sinkronisasi pasok protein dan energi pada pemanfaatan hasil ikutan tanaman padi dan jagung terhadap proses metabolisme pakan pada sapi PO lepas sapih. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap penelitian yang masing – masing tahap bertujuan sebagai berikut yaitu : 1) Penelitian pertama bertujuan untuk mendapatkan nilai nutrisi, fraksi serat dan parameter degradasi (protein dan bahan organik) bahan penyusun pakan, selanjutnya nilai nutrien dan parameter degradasi digunakan untuk menghitung nilai indeks sinkronisasi. Bahan pakan terdiri dari jerami jagung, jerami padi, rumput lapang, dedak padi, tumpi jagung, tepung gaplek, bungkil kopra dan bungkil inti sawit. Nilai nutrien bahan pakan bervariasi. Nilai bahan kering (BK) hijauan (jerami padi, rumput lapang dan jerami jagung) berkisar antara 26,86% (rumput lapang) hingga 28,15% (jerami jagung). Nilai BK bahan pakan penguat bervariasi antara 88,19% (tepung gaplek) hingga 95,39 (bungkil inti sawit). Nilai bahan organik (BO) bervariasi yaitu antara 76,97% (jerami padi) hingga 93,58% (tepung gaplek). Nilai protein kasar (PK) bervariasi antara 2,29 % (tepung gaplek) hingga 24,91% (bungkil kopra). Nilai lemak kasar (LK) bervariasi antara 1,25% (tepung gaplek) hingga 9,20% (bungkil inti sawit). Nilai Total Digestible Nutrient (TDN) bervariasi antara 43,77% (dedak padi) hingga 75.56% (bungkil kopra). Nilai fraksi a BO bervariasi antara 17,85% (dedak padi) hingga tepung gaplek (48,90%). Nilai fraksi b BO bervariasi antara 15,06% (dedak padi) hingga 77,20% (bungkil inti sawit). edangkan nilai c BO bervariasi yaitu 0,03±0,01 fraksi/jam (jerami jagung) hingga 0,06±0,02 fraksi/jam (dedak padi). Nilai fraksi a protein bervariasi antara 22,5 % (tepung gaplek) hingga 48,37% (dedak padi). Nilai fraksi b protein bervariasi antara 16,30% (jerami padi) hingga 72,53% (bungkil inti sawit). Nilai c protein berkisar 0,01 fraksi/jam (bungkil inti sawit, tepung gaplek dan dedak padi) hingga 0,09 fraksi/jam (rumput gajah). Sebagian besar bahan pakan penyusun pakan mengandung karbohidrat struktural yang tinggi kecuali tepung gaplek. 2) Penelitian kedua bertujuan untuk mendapatkan karakteristik fermentasi dan produksi protein mikroba serta besaran indeks sinkronisasi yang optimal pada pakan mengandung hasil ikutan tanaman padi dan jagung untuk mendukung fermentasi di dalam rumen, produksi protein mikroba dan kecernaan pakan secar a in vitro. Variabel yang diukur adalah karakteristik fermentasi (pH, produksi total gas, konsentrasi NH3, VFA, estimasi konsentrasi CH4 dan CO2), produksi protein mikroba dan kecernaan total (BK dan BO). pH cairan rumen pada penelitian ini berkisar 6,8-6,9. Pakan mengandung hasil ikutan jagung menghasilkan produksi gas total lebih tinggi (216,9 ± 12,5 ml/ 500 mg BK) dibandingkan pada pakan mengandung hasil ikutan padi (183,4 ± 17,0 ml/500 mg BK). Karakteristik fermentasi pada inkubasi 24 jam. Pakan mengandung hasil ikutan jagung menghasilkan konsentrasi asam asetat, asam propionat dan asam butirat lebih tinggi (P<0,01) masing – masing yaitu 19,90 mM; 5,58 mM dan 4,46 mM dibandingkan pada pakan mengandung hasil ikutan padi masing – masing yaitu 14,13 mM; 3, 38 mM dan 3,23 mM. Level indeks sinkronisasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada konsentrasi asam asetat pada pakan mengandung hasil ikutan padi dimana konsentrasi asam asetat tertinggi pada pakan dengan indeks sinkronisasi 0,41 yaitu 18,04 mM. Level indeks sinkronisasi berpengaruh nyata (P<0,05) pada konsentrasi asam propionat pakan mengandung hasil ikutan padi, dimana pakan mengandung hasil ikutan padi berindeks sinkronisasi 0,51 menghasilkan asam propionat tertinggi yaitu 6,20 mM. Level indeks sinkronisasi berpengaruh nyata (P<0,05) pada konsentrasi asam butirat pada pakan mengandung hasil ikutan padi. Konsentrasi asam butirat tertinggi pada pakan berindeks sinkronisasi 0,51 yaitu 4,01 mM. Konsentrasi NH3 pada pakan mengandung hasil ikutan tanaman jagung lebih tinggi (P<0,01) yaitu 55,72 mg/l dibandingkan pada pakan mengandung hasil ikutan tanaman padi yaitu 51,00 mg/l. Peningkatan indeks sinkronisasi menyebabkan peningkatan konsentrasi NH3 (P<0,01) pada pakan mengandung hasil ikutan jagung, konsentrasi NH3 tertinggi pada pakan mengandung hasil ikutan jagung dengan indek sinkronisasi 0,61 yaitu 59,07 mg/l. Pakan mengandung hasil ikutan jagung menghasilkan CO2 dan CH4 lebih tinggi (P<0,01) masing – masing yaitu 17,54 mol dan 10,29 mol dibandingkan pada hasil ikutan padi yaitu masing – masing 12,82 mol dan 7,79 mol. Peningkatan level indeks sinkronisasi menurunkan CH4 (P<0,01) pada inkubasi ke 24 jam dimana pakan mengandung hasil ikutan padi berindeks sinkronisasi 0,51 menghasilkan CH4 terendah yaitu 6,89 mol, sedangkan pakan mengandung hasil ikutan jagung berindeks sinkronisasi 0,61 menghasilkan CH4 terendah yaitu 7,98 mol Effisiensi sintesis protein mikroba (ESPM) adalah meningkat (P<0,05) seiring dengan peningkatan level indeks sinkronisasi pada inkubasi 24 jam, pakan mengandung hasil ikutan padi berindeks sinkronisasi 0,61 menghasilkan ESPM tertinggi baik pada pakan mengandung hasil ikutan padi maupun jagung masing – masing yaitu 19,38 g N/kg BOTR dan 17,87 g N/kg BOTR) 3) Penelitian ketiga bertujuan untuk mendapatkan karakteristi