Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Optimasi Ketersediaan Air di Irigasi Way Mital Propinsi Maluku

Perubahan suhu pengaruh iklim global, kelembaban relatif, panjang sinar matahari, kecepatan angin, curah hujan, dan debit sungai. Intensitas curah hujan yang tinggi setelah perubahan iklim juga berdampak pada fluktuasi debit sungai selama musim hujan dan kering. Banjir dan kekeringan adalah peristiwa alami yang lebih sering terjadi akhir-akhir ini. Cara area jaringan irigasi mital meliputi lebar 127 ha lebar sawah. Lebar ini mencakup 4 plot tersier seperti 7 ha Kairatu tersier, 10 ha gemba tersier, 10 ha hatausua tersier, dan 100 ha cara tersier. Oleh karena itu, dalam berurusan dengan dampak ekstrem, rencana pengelolaan irigasi sistematis diperlukan untuk memberikan manfaat spesifik bagi petani. Metodologi yang digunakan dalam analisis optimasi ketersediaan air dengan cara sistem irigasi mital adalah pemrograman linear simplex. Metode ini akan menjelaskan lebar pabrik, debit air, dan manfaat maksimal output pertanian. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan iklim sebenarnya terjadi pada cara sistem irigasi mital pada tahun 2009. Ini ditandai dengan pergeseran hujan dan musim kemarau dan peningkatan tingkat curah hujan tahunan. Peningkatan laju curah hujan ini akan mengubah ketersediaan volume air dalam asupan reservoir. Sebelum perubahan iklim, volume air tersedia dalam asupan pada musim tanam I, II dan III adalah 699000 m 3, 444000 m 3 dan 502000 m 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah perubahan iklim, volume air tersedia pada musim tanam I, II dan III adalah 715000 m 3, 487000 m 3 dan 537000 m 3. Volume air dihasilkan dari optimasi terhadap pola penanaman yang ada dengan cara sistem irigasi mital, EI R sebelum dan sesudah perubahan iklim, masih cukup untuk memenuhi permintaan air setiap musim tanam. Diferensial manfaat dari output pertanian adalah Rp. 418.875.000,00