Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Kedatangan Pasien Post Serangan Stroke Iskemik Akut Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Ngudi Waluyo Wlingi

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan terpenting yang harus diperhatikan. Selain menyebabkan kematian, stroke ini juga menyebabkan kecacatan bagi penderitanya yang berakibat meningkatkan beban penyakit, sosial maupun ekonomi keluarga. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan akibat stroke tersebut adalah memberikan penanganan awal segera untuk meningkatkan outcome. Terutama stroke iskemik akut yang berhubungan erat dengan kecacatan dan mempunyai prevalensi 10 kali lebih tinggi daripada stroke hemoragik. Akan tetapi masalah utama yang dihadapi penderita stroke iskemik akut untuk mendapatkan penanganan awal segera adalah keterlambatan kedatangan pasien ke instalasi gawat darurat. Terdapat berbagai faktor penyebab yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan pasien tersebut antara lain lokasi terjadinya stroke jauh dari rumah sakit, adanya masalah transportasi, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien/keluarga tentang faktor resiko dan peringatan gejala stroke. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kedatangan pasien post serangan stroke iskemik akut di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ngudi Waluyo Wlingi mulai 03 Mei 2016-10 Juni 2016. Dengan sampel 58 orang anggota keluarga pasien stroke iskemik akut yang mengetahui dan terlibat langsung membawa pasien ke instalasi gawat darurat dalam waktu 72 jam setelah serangan. Teknik pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi langsung, wawancara dan memberikan kuesioner. Hasil dan analisis data menunjukkan bahwa rata-rata keterlambatan adalah 23 jam 12 menit ±SD 25 jam 36 menit. Dari 58 pasien stroke iskemik akut 36.2% datang dalam 6-24 jam setelah serangan, 27.6% datang 48 jam setelah serangan, 15.5% dalam 3-6 jam setelah serangan dan 12.1% dalam 3 jam setelah serangan. Berdasarkan hasil analisis multivariat regresi linier berganda didapatkan bahwa awareness (koef.korelasi=-0.351), pengetahuan (koef.korelasi=-0.303) dan jenis transportasi (koef.korelasi=-0.250) berpengaruh terhadap keterlambatan. Sedangkan jarak tempat kejadian tidak berpengaruh terhadap keterlambatan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah jenis transportasi, pengetahuan dan awareness merupakan faktor yang mempengaruhi keterlambatan dengan awareness sebagai faktor dominan yang berpengaruh terhadap keterlambatan kedatangan pasien post serangan stroke iskemik akut di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Permasalahan yang dihadapi keluarga untuk segera membawa pasien ke instalasi gawat darurat adalah kesulitan transportasi didukung dengan belum adanya pelayanan gawat darurat prehospital di wilayah Kabupaten Blitar, kurangnya pengetahuan dan kesadaran anggota keluarga yang berperan membawa pasien ke instalasi gawat darurat sehingga menyebabkan kesalahan penafsiran terhadap gejala yang ada dan tidak segera berespon untuk segera membawa pasien ke instalasi gawat darurat. Untuk itu diperlukan perhatian terhadap pelayanan gawat darurat di prehospital dengan pemberdayaan masyarakat untuk pembentukan ambulans desa, memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan membentuk Sistem Teknologi dan Komunikasi untuk Jejaring Rujukan Gawat Darurat (SijariEMAS) dan memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor resiko dan peringatan gejala stroke terhadap masyarakat awam, kelompok resiko tinggi terkena stroke terutama anggota keluarganya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran