Efek Pemberian Vitamin D3 Pada Penderita Asma Bronkial Defisiensi Vitamin D Terhadap Kadar Malondialdehid Dan Derajat Keparahan Asma Bronkial

Latar Belakang: Sel-sel inflamasi pada asma menghasilkan radikal bebas. Selain tingginya inflamasi dan stress oksidatif, derajat keparahan asma juga dipengaruhi oleh defisiensi vitamin D melalui beragam mekanisme. Vitamin D memiliki peran imunomodulator yang dapat menurunkan inflamasi sehingga pada akhirnya dapat menurunkan stress oksidatif dan pada akhirnya menurunkan derajat keparahan asma. Stress oksidatif diukur dengan petanda stress oksidatif dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan perbedaan kadar vitamin D setelah suplementasi vitamin D3 serta efek pemberian vitamin D3 terhadap kadar serum MDA dan derajat keparahan asma pada pasien asma persisten defisiensi vitamin D. Metode: Studi eksperimental desain pre dan post test, 38 penderita asma bronkial persisten dengan defisiensi vitamin D yang mendapatkan pengobatan standar sesuai GINA 2012 diberikan suplementasi vitamin D 800 IU selama 2 bulan, diukur kadar plasma vitamin D, kadar serum MDA dengan metode ELISA dan derajat keparahan asma. Hasil: Terdapat peningkatan kadar bermakna vitamin D (p=0,003) dengan distribusi jumlah subjek berdasarkan status vitamin D berbeda bermakna (p= 0.005) setelah perlakuan. Kadar MDA menurun bermakna (p 0,05) setelah perlakuan. Ada subjek yang mengalami perbaikan derajat keparahan tetapi tidak ada perbedaan bermakna (p=0.058) pada proporsi subjek penelitian berdasarkan derajat keparahan asma setelah perlakuan. Kelompok asma persisten ringan mengalami peningkatan kadar vitamin D dan penurunan kadar MDA terbesar. Kesimpulan: Suplementasi vitamin D 800 IU selama 2 bulan pada penderita asma bronkial dengan defisiensi vitamin D terbukti meningkatkan kadar serum vitamin D, menurunkan konsentrasi serum MDA, dan mengubah derajat keparahan asma