Efektivitas Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (Pmsg) Terhadap Status Reproduksi Induk Betina Ikan Gabus (Channa Striata)

Ikan gabus (Channa striata) merupakan komoditas air tawar yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sementara ini kebutuhannya bergantung hasil penangkapan di alam. Kendala teknis budidaya pembenihan ikan gabus adalah merekayasa kondisi lingkungan dan fisiologis yang dapat merangsang pola reproduksi dari alamnya. Induksi hormonal biasa digunakan untuk efisiensi penggunaan induk serta peningkatan kualitas dan kuantitas benih ikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pematangan gonad adalah hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan antidopamin, Hormon ini mengandung daya kerja Folicle Stimulating Hormone (FSH) yang berperan dalam proses vitelogenesis pada induk betina ikan. Berdasarkan fungsi hormon PMSG, maka akan mengetahui bagaimana aspek biologi reproduksi dan respon status reproduksi ikan gabus guna mendapatkan nilai efektivitas hormon PMSG dalam wadah budidaya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas hormon PMSG dan respon status reproduksi terhadap status reproduksi induk ikan gabus pada wadah budidaya Kerangka Penelitian: Hormon PMSG memiliki kandungan FSH yang berfungsi sebagai pematangan gonad tahap awal. Induksi hormon PMSG ini diharapakan akan berpengaruh terhadap produktivitas status reproduksi ikan gabus. Induk ikan gabus yang digunakan berukuran 500 g – 700 g dan panjang 30 cm – 40 cm yang didapat dari pembudidaya ikan gabus. Sedangkan hormon yang digunakan adalah jenis hormon PMSG dengan merk dagang Oodev®. Parameter yang diamati adalah biologi reproduksi dan respon status reproduksi ikan gabus (estradiol 17β) serta efektivitas PMSG terhadap status reproduksi ikan gabus (IGS, IHS, Fekunditas dan Diameter Telur). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan 5 perlakuan dosis hormon (0,75 ml/kg; 1,0 ml/kg; 1,25 ml/kg; 1,5 ml/kg; Kontrol). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Hasil pengamatan biologi reproduksi ikan gabus terdapat perbedaan seksual primer dan sekunder dari ikan jantan dan betina. Ikan gabus betina merespon hormon PMSG. Rata – rata kandungan estradiol 17β sebelum diinduksi hormon PMSG pada perlakuan A sebesar 26,57 pcg/ml; B: 27,17 pcg/ml; C : 30,43 pcg/ml; D 31,53 pg/ml sedangakan Sesudah induksi pada perlakuan A : 46,99 pcg/ml, B : 68,43 pcg/ml, C : 106,67 pcg/ml, D : 83,83 pcg/ml. Efektivitas PMSG terhadap status reproduksi antara lain; Diameter telur pada perlakuan A : 0,77 mm; B: 0,83 mm; C : 1,04 mm; D : 0,94 mm. IGS pada perlakuan A : 2,23%; B : 2,69%; C : 3,35%; D : 2,99%. IHS pada perlakuan A : 0,82%; B : 1,04%; C : 1,37%; D : 1,15%. Fekunditas (butir) pada perlakuan A : 15848,52; B : 18245,68; C : 20976,56; D : 20976,56. Diketahui perlakuan C paling efektif pada status reproduksi. Penurunan nilai status reproduksi dikarenakan adanya efek umpan balik karena sistem keseimbangan hormon pada tubuh ikan gabus. Berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat diberikan saran untuk pematangan gonad tahap awal pada ikan gabus betina menggunakan hormon PMSG dengan dosis 1,25 ml/kg