Sengketa Pajak Dalam Perspektif Pemeriksa Pajak (Sebuah Studi Fenomenologi)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh (masih) tingginya jumlah kasus sengketa pajak yang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam kurun waktu 2011 sampai dengan 2015. Sengketa pajak juga kerapkali menjadi fenomena perpajakan yang menimbulkan berbagai kontroversi dan memunculkan berbagai pertanyaan serta keresahan di masyarakat. Berbagai teori serta penelitian terdahulu yang membahas isu sengketa pajak sejauh ini dirasa belum cukup memberikan gambaran "utuh" untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul pada diri Peneliti. Oleh sebab itu Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengeksplorasi makna-makna baru tentang sengketa pajak dari perspektif pihak yang terlibat langsung yaitu Pemeriksa Pajak. Fenomenologi digunakan sebagai metode penelitian yang dianggap tepat untuk mengeksplorasi makna tersebut. Fenomenologi mendeskripsikan pemaknaan umum sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup manusia atas fenomena. Hasil penelitian ditemukan bahwa esensi makna sengketa pajak dari perspektif Pemeriksa Pajak merupakan "negosiasi yang belum tuntas”. "Negosiasi" tersebut menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk upaya memperoleh "kesepakatan". Bukan hanya tampak dalam bentuk perbedaan pendapat yang bersifat “material” maupun “formal” perpajakan saja, melainkan juga hadir dalam wujud pertimbangan rasional untung-rugi serta upaya memperjuangkan prinsip “keadilan”. Temuan penelitian juga mengungkapkan bahwa sengketa pajak dimaknai oleh Pemeriksa Pajak dalam berbagai sikap. perasaan wajar, prihatin, empati, kecewa dan keterpaksaan merupakan makna-makna yang muncul dalam diri Pemeriksa Pajak ketika terlibat dalam sengketa pajak