Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes

Bergabungnya Indonesia menjadi anggota World Trade Organization (WTO) berarti Indonesia telah menyetujui untuk ikut dalam perdagangan bebas. Perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Apabila komoditas pertanian memiliki daya saing maka dapat mendorong produksi dalam negeri, meningkatkan peluang ekspor dan meningkatkan devisa negara. Sebaliknya, jika komoditas pertanian memiliki daya saing yang rendah maka akan kalah bersaing dengan komoditas impor sehingga eksistensinya terganggu dan dapat menurunkan devisa negara. Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan nasional, dimana menempati peringkat kedua setelah cabai sehingga mendapat prioritas pengembangan dari APBN (Kementrian Pertanian, 2011). Selain itu, jenis sayuran ini menjadi komoditas yang diperdagangkan secara internasional. Akan tetapi, dari segi daya saing, bawang merah Indonesia masih lemah dibandingkan dengan bawang merah dari negara lain seperti dari India. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata harga bawang merah dalam negeri jauh lebih tinggi daripada harga bawang merah impor dari India (Kementrian Perdagangan, 2012). Pengembangan usahatani bawang merah juga mengalami kendala yaitu kebijakan pemerintah yang dianggap kurang mendukung. Kebijakan tersebut berupa pengurangan kuota pupuk bersubsidi pada tahun 2013 melalui Perbup No 064.A tahun 2012 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian di Kabupaten Brebes dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 235/PMK.011/2008 mengenai penetapan tarif bea masuk bawang merah dalam rangka ASEAN – China Free Trade Area (AC – FTA) sebesar 0%. Penelitian ini penting untuk dilakukan dalam upaya untuk menganalisis sejauh mana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengembangan komoditas bawang merah di daerah penelitian. Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah adalah 1) menganalisis tingkat keunggulan komparatif bawang merah di daerah penelitian, 2) menganalisis dampak kebijakan pemerintah berupa pengurangan alokasi pupuk bersubidi di Kabupaten Brebes dan penghapusan tarif bea masuk bawang merah terhadap pengembangan bawang merah di daerah penelitian, dan 3) menganalisis dampak perubahan harga aktual output bawang merah dan penghapusan subsidi pupuk terhadap pengembangan usahatani bawang merah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Bulakamba merupakan salah satu kecamatan yang memiliki produktivitas yang tertinggi. Penentuan pengambilan sample petani responden digunakan metode simple random sampling , dimana seluruh anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah populasi petani bawang merah di Kecamatan Bulakamba sebanyak 1.184 petani. Berdasarkan perhitungan dengan rumus Parel dengan derajat kesalahan sebesar 10% maka didapatkan petani sample sebanyak 30 petani responden. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domestic Resources Cost (DRC) untuk menganalisis keunggulan komparatif bawang merah (tujuan 1), Policy Analysis Matrix (PAM) untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap pengembangan usahatani bawang merah (tujuan 2), dan analisis sensitivitas untuk menganalisis pengembangan usahatani bawang merah di daerah penelitian jika terjadi perubahan harga aktual output bawang merah dan penghapusan pupuk bersubsidi (tujuan 3). Hasil penelitian menunjukan bahwa komoditas bawang merah di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes memiliki keunggulan komparatif yang tinggi dengan nilai DRCR sebesar 0,22. Artinya Komoditas bawang merah di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes lebih menguntungkan diusahakan di dalam negeri dibanding impor. Dengan memproduksi bawang merah di dalam negeri maka dapat menghemat devisa negara. Dampak kebijakan pemerintah berupa pengurangan kuota pupuk bersubsidi serta penghapusan tarif bawang merah impor berdampak negatif terhadap pengembangan komoditas bawang merah di daerah penelitian karena menurunkan pendapatan yang diperoleh oleh petani. Hal ini ditunjukan oleh indikator-indikatornya yaitu Nominal Protection Coefficient Output (NPCO), Nominal Protection Coefficient Input (NPCI), Profitability Coefficient (PC), Effective Protection Coefficient (EPC) dan Subsidy Ratio to Producer (SRP). Penurunan harga aktual output bawang merah sebesar 50% dan penghapusan subsidi pupuk kimia akan memberikan dampak yang negatif bagi pengembangan usahatani bawang merah di daerah penelitian karena menurunkan pendapatan yang diterima oleh petani. Dampak negatif yang paling kecil ditunjukan oleh skenario 2 (penghapusan subsidi pupuk kimia) karena nilai Output Transfer (OT) dan Input Transfer (IT) lebih kecil dibandingkan dengan skenario lainnya. S