Analisis Komoditas Unggulan Pertanian untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat

Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu berlangsung secara sistemik. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Salah satu penyebab utama ketertinggalan suatu daerah diakibatkan oleh kebijakan pembangunan yang terlampau bertumpu pada dimensi sektoral. Agar pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan secara merata, maka analisis tentang potensi wilayah khususnya komoditas unggulan pertanian bagi daerah tertinggal penting untuk diketahui sebagai dasar dalam rangka perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah-daerah tertinggal pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui komoditas unggulan pertanian yang terdapat di masing-masing wilayah kecamatan yang tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat, 2) mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan komoditas unggulan pertanian dalam rangka percepatan pembangunan wilayah kecamatan tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Analisis Location Quotient (LQ) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil Analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa : komoditas unggulan pertanian yang paling unggul di enam kecamatan tertinggal di Kabupaten Sumbawa Barat periode analisis tahun 2006–2010, terdiri dari tiga komoditas unggulan antara lain : komoditas padi, jagung, dan sapi. Komoditas padi dihasilkan oleh Kecamatan Jereweh dan Brang Rea, komoditas jagung dihasilkan oleh Kecamatan Maluk dan Poto Tano, dan komoditas sapi dihasilkan oleh Kecamatan Seteluk dan Brang Ene. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa dari sisi input, faktor penghambat pengembangan komoditas padi dan jagung adalah kelangkaan tenaga kerja, sedangkan faktor minimnya modal peternak menjadi penghambat pengembangan komoditas sapi. Pada sisi proses produksi faktor perawatan/pemupukan dan pengendalian hama menjadi faktor penghambat pengembangan komoditas padi dan jagung, sedangkan faktor kurangnya keterampilan peternak menjadi penghambat pengembangan komoditas sapi. Pada sisi output, rendahnya harga pasar pasca panen menjadi faktor penghambat pengembangan ketiga jenis komoditas (padi, jagung, dan sapi). Kemudian dari sisi peran pemerintah, faktor kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pemberian modal (stimulus) menjadi faktor penghambat pengembangan ketiga jenis komoditas (padi, jagung, dan sapi)