Slum Problem And Resettlement In Malang, East Java

Setelah pertumbuhan ekonomi yang cepat selama 30 tahun terakhir, kemacetan dan kegagalan fungsi di kota-kota Indonesia telah berkembang. Pembangunan kembali perkotaan dan pemukiman kembali daerah kumuh telah menjadi masalah kritis. Namun, pemukiman kembali perkotaan adalah salah satu tantangan yang paling rumit dan sulit. Kota Malang, salah satu kota perwakilan di Indonesia, memberlakukan peraturan mengenai pemukiman kembali daerah kumuh pada tahun 2001, dan setelah itu, pemerintah kota berusaha menggusur daerah kumuh dari risiko banjir yang tinggi di sepanjang tepi sungai Brantas. Kota Malang membangun flat perumahan yang disebut Rusunawa pada 2012. Namun, penghuni daerah kumuh tidak pindah ke zona perumahan yang lebih aman, juga tidak lebih suka hidup di unit Rusunawa, sangat berbeda dari niat pemerintah. Studi ini akan menjelaskan kondisi kehidupan di daerah kumuh di Malang dan menganalisis alasan penghuni daerah kumuh tidak ingin pindah dari zona kumuh dengan risiko bencana tinggi. Tujuannya adalah untuk memahami: 1) Risiko bencana dari sudut pandang penghuni dan pemerintah dan 2) insentif penghuni untuk pindah dari sudut pandang ekonomi, pekerjaan, kondisi kehidupan, ikatan komunitas, dan oportunistik penghuni. tanggapan. Seratus rumah tangga di daerah kumuh empat bangsal yang tinggal paling dekat dengan tepi sungai diwawancarai. Dwellers kumuh serta pemerintah kota tidak memahami risiko tinggi dan bahaya hidup di sepanjang tepi sungai. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kondisi kehidupan di daerah kumuh tidak selalu buruk dan bahwa penghuni daerah kumuh memiliki insentif ekonomi yang kuat untuk terus tinggal di sana. Namun demikian, mereka menyadari bahwa sebagai penghuni liar ilegal, mereka tidak memiliki insentif yang cukup untuk pergi dari daerah kumuh, bahkan dengan risiko tinggi. Fasilitas alternatif untuk kegiatan hidup dan ekonomi yang dapat memberikan insentif yang cukup untuk dimukimkan kembali belum disediakan