Praktik Sosial Wanita Kerja Mandiri Dalam Merespon Pemberdayaan Pasca Penutupan Lokalisasi Di Kebobang Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang

Lokalisasi Kebobang merupakan salah satu lokalisasi yang ditutup oleh Pemerintah Kabupaten Malang pada 25 November 2014. Di lokalisasi Kebobang masih menyisakan Wanita Kerja Mandiri (WKM) yang tetap bertahan. Padahal sudah dilakukan program pemberdayaan sebelum dan setelah penutupan. Pendapatan dari prostitusi yang menurun pasca penutupan lokalisasi tidak membuat WKM beralih profesi meski telah mendapatkan modal Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dari pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik sosial WKM dalam merespon pemberdayaan sehingga masih bertahan di lokalisasi. Dengan menganalisis praktik sosial maka dapat dijelaskan alasan WKM masih bekerja di lokalisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pisau analisis teori Pierre Bourdieu yang dianalisis dari habitus, modal, ranah di lokalisasi. Untuk menganalisis praktik sosial WKM yaitu dengan mengetahui habitus, modal di ranah lokalisasi. Habitus WKM diperoleh dari pengalaman hidup dan lingkungan WKM tinggal. Modal ekonomi, sosial, budaya dan simbolik yang WKM miliki digunakan untuk bertarung di arena pemberdayaan sehingga menghasilkan praktik sosial. Praktik sosial WKM dalam pemberdayaan lebih didominasi karena keinginan memperoleh uang secara cepat dan mudah dibandingkan untuk mendapat modal pengetahuan. WKM tidak menggunakan keterampilan dari pelatihan untuk usaha ekonomi. Disamping itu, praktik prostitusi masih tetap berjalan. Dari prakti sosial tersebut diperoleh pemakanaan bahwa Pemberdayaan dimaknai sebagai ajang mendapatkan uang dengan cepat dan mudah. Sehingga, alangkah baiknya jika pemberdayaan selanjutnya pemerintah mengupayakan program pemberdayaan yang tidak lagi mengafiliasikan pada uang atau imbalan. Namun lebih kepada pemberdayaan dalam rangka penyadaran WKM agar berfikir untuk mencari penghidupan yang halal