Pengaruh Ketebalan Membran Kitosan Terhadap Kinerja Biosensor Potensiometri Urea

Urea di dalam air terhidrolisis oleh urease menjadi NH3 dan CO2. Hasil reaksi tersebut dapat menimbulkan perubahan pH larutan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan biosensor potensiometri urea dengan tranduser sensor H3O+. Jumlah CO2 dan NH3 yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah urease. Biosensor potensiometri urea dirancang dengan melapisi elektroda gelas menggunakan urease yang diamobilisasi pada membran kitosan. Jumlah urease amobil tergantung pada ketebalan membran kitosan. Dengan demikian, pada penelitian ini dipelajari pengaruh ketebalan membran kitosan terhadap kinerja biosensor potensiometri urea. Kinerja biosensor potensiometri urea ditunjukkan oleh bilangan Nernst, kisaran konsentrasi, batas deteksi dan waktu respon. Ketebalan membran kitosan yang dipelajari adalah 0,21 mm; 0,31 mm; 0,36 mm; 0,43 mm; dan 0,46 mm. Amobilisasi urease pada membran kitosan dilakukan pada pH 8, sedangkan pengukuran dilakukan pada pH 7,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan membran kitosan berpengaruh terhadap jumlah urease yang teramobilkan dan kinerja biosensor. Peningkatan ketebalan membran kitosan dapat memperbesar jumlah enzim yang teramobilkan, akan tetapi menurunkan kinerja biosensor. Kinerja biosensor optimum dicapai pada ketebalan membran 0,21 mm. Biosensor ini memiliki bilangan Nernst sebesar 28,47 mV/dekade, kisaran konsentrasi urea yang dapat diukur adalah 0,06 ppm hingga 6 ppm dan batas deteksi 0,073 ppm. Biosensor urea memiliki waktu respon 280 detik, efisiensi pengukuran 32 kali dan ketepatan pengukuran 96% hingga 98%