Evaluasi Pemanfataan Kawasan Strategis Kota Palangkaraya Berdasarkan Kemampuan Lahan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan makin besar penggunaan lahan. Dimana terjadi alih fungsi lahan. Hal ini terjadi pada penggunaan hutan jadi pertanian dan pertanian jadi permukiman. Alih fungsi lahan yang terjadi, dikhawatirkan akan mengganggu kawasan strategis yang ada di Kota Palangkaraya. Kawasan strategis diperuntukan untuk umum dan dapat berfungsi semaksimal mungkin sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam suatu wilayah. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan, akan berpotensi terhadap terlampauinya daya dukung lahan. Jalan keluar yang dipandang efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengintegrasikan kepentingan lingkungan pada tingkatan pengambilan keputusan yang strategis, salah satunya yaitu dengan melakukan analisis kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan pada kawasan strategis di Kota Palangkaraya (existing) berdasarkan kemampuan lahan, serta memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan daya dukung lingkungan. Metode yang digunakan untuk menentukan daya dukung lingkungan adalah metode deskriptif kuantitaif dengan analisis spasial menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Data spasial yang digunakan diolah menggunakan software arcview 3.1 Hasil Perhitungan dan analisis didapatkan untuk evaluasi penggunaan lahan existing Kota Palangkaraya didapatkan nilai untuk kategori S1 (sangat sesuai) seluas 51.671,471 Ha, kategori S2 (cukup sesuai) seluas 24.876,251 Ha, dan kategori N (tidak sesuai) seluas 208.801,498 Ha. Hasil evaluasi viii penggunaan lahan Kawasan Strategis Kota Palangkaraya didapatkan nilai untuk kategori S1(sangat sesuai) seluas 30.688,072 Ha, kategori S2 (cukup sesuai) seluas 11.548,101 Ha, dan kategori N (tidak sesuai) seluas 1.299,48 Ha. Rekomendasi arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kelas kemampuan lahan misalnya, pendirian pemukiman ditekankan di zona kelas III, dan untuk Kawasan RTH hutan kota yang masuk kelas VIII seharusnya masuk dalam kelas I-V. Karena pada zona kelas I-V dapat diperuntukan untuk penggunaan lahan hutan produksi, hutan lindung, suaka alam, ataupun tanaman pertanian dan non pertanian dimana lahan mempunyai hambatan atau ancaman tidak seberat kelas VIII karena hanya memiliki beberapa hambatan dan dapat dilkukan tidakan konservasi yang sedang untuk berbagai penggunaan. Zona Kelas VIII lebih sesuai untuk Hutan Lindung, Hutan konservasi dan cagar alam. Lahan pada kelas VIII ini sebaiknya dibiarkan secara alami. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi