Uji Efektivitas Kombinasi Jenis Pupuk Organik dan Biourin Kelinci Terhadap Kemantapan Agregat dan Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Fase Pertunasan

Keberhasilan produksi tanaman tebu ditentukan oleh kondisi tanaman pada awal fase (pertunasan).Kondisi struktur tanah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu.Struktur tanah yang baik adalah struktur tanah yang gembur, pergerakan air yang optimal, dan aerasi tanah yang baik.Peningkatan pertumbuhan tanaman tebu dapat dilakukan dengan meningkatkan pengolahan tanah yang baik meyebabkan perbaikan terhadap struktur tanah.Penggunaan bahan organik berupa (kotoran sapi, blotong, dan biourin kelinci).Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menentukan kombinasi (kotoran sapi, blotong, dan biourin kelinci) yang paling berpengaruh terhadap kemantapan agregat tanah. (2) Untuk menentukan kombinasi (kotoran sapi, blotong, dan biourin kelinci) yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif awal tebu (fase pertunasan). Penelitian dilaksanakan di P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) di Pasuruan Jawa Timur dan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan Mei 2014 sampai dengan September 2015. Variabel pengamatan meliputi berat isi tanah, berat jenis tanah, porositas tanah, kapasitas lapang (pF 2.5), titik layu permanen (pF 4.2), kemantapan agregat, C-Organik, tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah tunas/anakan tebu. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 ulangan. Terdapat 8 perlakuan, yaitu P0 kontrol (tanpa bahan organik); P1 (blotong 20 Mg ha-1) ; P2 (kotoran sapi 20 Mg ha-1) ; P3 (biourin kelinci 10 L ha1) ; P4 (kotoran sapi 20 Mg ha-1 + blotong 20 Mg ha-1) ; P5 (biourin kelinci 10 L ha-1 + blotong 20 Mg ha-1) ; P6 (biourin kelinci 10 L ha-1 + kotoran sapi 20 Mg ha-1) ; P7 (10 L biourin kelinci ha-1 + kotoran sapi 20 Mg ha-1 + blotong 20 Mg ha-1). Data menggunakan analisis ragam dan apabila uji F 5% nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%.Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi pemberian kombinasi kotoran sapi, blotong, dan biourin kelinci mampu memberikan pengaruh terhadap kemantapan agregat tanah. Nilai tertinggi pada 12 MST terdapat pada biourin kelinci 10 L ha-1 + kotoran sapi Mg ha-1 (P6) yaitu 3,41 mm. Perlakuan kotoran sapi 20 Mg ha-1 + blotong 20 Mg ha-1 (P4) mampu memberikan nilai tertinggi pada tinggi tanaman yaitu 84,62 c