Dasar Pedoman Alokasi Sumberdaya Air di Kota Malang.

Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya air adalah kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk berbagai kebutuhan yang semakin menurun. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota ini mengalami peningkatan jumlah penduduk yang pesat seiring berjalannya waktu. Dengan perkembangan yang pesat, maka meningkat pula jumlah kebutuhan air bagi kota Malang. Penelitian ini menghubungkan antara ketersediaan air dan kebutuhan air yang ada di Kota Malang untuk memperoleh alokasi air yang optimal. Ketersediaan air terkait dengan masalah kuantitas, kualitas dan penggunaan air yang ada. Ketersediaan air berasal dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Kebutuhan air dibagi menjadi kebutuhan air domestik, industri dan irigasi. Optimasi alokasi air berbasis ketersediaan dan kebutuhan air dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan data dan pengolahan data. Pengumpulan data berupa data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi pemerintahan terkait. Pengolahan data dibagi menjadi dua, yaitu metode dengan menggunakan aplikasi SIG yaitu Arcview 3.3 dan metode simplex dengan aplikasi QM (Quantity Method) 2.0. Ketersediaan air di kota Malang meliputi air tanah, air hujan dan air permukaan berturut-turut sebesar 71,20 Juta m3; 244,25 Juta m3; 196,,04 Juta m3 pada tahun 2014. Ketersediaan ini masih mampu untuk memenuhi kebutuhan di kota Malang pada tahun 2014 sebesar 47,939 Juta Juta m3 kebutuhan air domestik, 9,383 Juta m3kebutuhan air industri, dan 16,236 Juta m3 kebutuhan air irigasi. Optimasi alokasi air dilakukan agar dapat menghemat sumberdaya air pada masa yang akan datang. Berdasarkan proyeksi alokasi air mulai dari tahun 2014 sampai 2039, untuk memenuhi kebutuhan air domestik dan industri menggunakan air tanah, sedangkan kebutuhan air irigasi meggunakan air hujan. Tetapi terjadi alih alokasi air pada tahun 2044 sampai 2049 dimana kebutuhan air domestik harus dipenuhi oleh air tanah dan air hujan karena kebutuhan air domestik sudah melebihi ketersediaan air tanah, sedangkan air industri tetap terpenuhi dengan air tanah, dan air irigasi tetap terpenuhi dengan air hujan